Hidayatullah.com–Lebih dari 14.000 orang telah hilang di Iraq sejak Amerika Serikat menjajah negara itu pada tahun 2003. Demikian menurut laporan resmi yang dipublikasikan Senin (25/4).
“Kami telah mendaftar nama-nama 14.025 orang yang hilang sejak tahun 2003,” kata Arkan Kamel, pejabat di Kementerian HAM Iraq dalam sebuah konferensi pers di Baghdad.
“Hingga saat ini kami baru menemukan 7 dari nama-nama yang terdaftar itu di kamar mayat,” tambahnya.
Kamel berada dalam komite, yang menurut pejabat Iraq akan mulai menerima pengaduan warga tentang anggota keluarganya yang hilang. Layanan tersebut akan dibuka selama 15 hari.
Invasi pasukan Amerika Serikat dan sekutunya menyebabkan perang sipil antara kelompok Sunni dan Syi’ah di negeri itu, di mana pada puncaknya tahun 2006-2007 puluhan ribu orang terbunuh.
Ledakan bom, penculikan dan kekerasan lain menjadi hal yang biasa sejak tentara asing bercokol di Iraq.
“Orang-orang hilang karena operasi militer saat perang, ledakan dan serangan teror,” kata Faruk Al-Araji, yang memimpin bagian militer di kantor perdana menteri.
“Komite akan mengumpulkan informasi tentang orang yang hilang guna menjawab semua pertanyaan tentang mereka,” katanya kepada para wartawan.
Salah seorang warga yang belum diketahu nasibnya adalah Salah Jali, seorang staf di Agence France-Presse (AFP) yang hilang sejak April 2006.
Komite tersebut beranggotakan staf dari kementerian kehakiman, dalam negeri, HAM, keamanan nasional dan intelijen.*