Hidayatullah.com– Presiden AS, Barack Obama, menyatakan pada Kamis (20/5) bahwa wilayah negara Palestina merdeka nantinya, harus didasarkan pada perbatasan tahun 1967, sebelum Perang Enam Hari di mana Israel menduduki Yerusalem Timur, Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Sumber Associated Press melaporkan, Obama menambahkan bahwa Israel tidak akan pernah bisa hidup damai sebagai negara Yahudi jika menekankan pada “pendudukan permanen.”
Dia mendorong kedua belah pihak untuk menerima solusi darinya, yaitu perbatasan untuk Palestina dan keamanan bagi Israel.
Presiden Obama juga mengkritik para pemimpin di Timur Tengah yang negaranya kini tengah bergejolak, karena selalu menyalahkan Barat atau Israel atas kekacauan di negaranya.
“Barat selalu disalahkan seakan-akan menjadi sumber dari segala penyakit,” ujar Obama dalam pidato utamanya tentang Timur Tengah, Kamis waktu setempat.
Terkait Israel, Obama mengatakan, “Kebencian terhadap Israel juga kini menjadi satu-satunya ekspresi politik.”
Menurut Obama, para pemimpin di Timur Tengah kerap memanipulasi perbedaan suku, etnik, dan agama. Mereka memanipulasi hal ini agar tetap bisa berkuasa atau mengambil kuasa dari pihak lain.
Namun Obama menegaskan, beberapa bulan terakhir hal itu berubah. Ia berujar, strategi represi dan pemecahbelahan di Timur Tengah tidak lagi membuat rakyat takut karena adanya teknologi informasi seperti telepon dan internet.
“Perubahan ini tidak bisa dipungkiri,” tegas Obama.
Obama juga memperingatkan Palestina bahwa mereka tidak akan mendapatkan kemerdekaan dengan menolak adanya rezim Israel yang juga berhak untuk hidup. Ia mengklaim bahwa upaya untuk “mendelegitimasi Israel” akan selalu gagal.*