Hidayatullah.com–Pemerintahan Iraq masih mencari selisih uang sebanyak 13 milyar euro, dana hasil minyak Iraq yang dikuasai oleh Amerika. Demikian pernyataan Ketua Parlemen Iraq, Usamah al Nujaifi, Ahad kemarin, pada stasiun televisi Al Jazeera.
Selama tahun pertama setelah menyerbu masuk negeri ini, Amerika mengelola dana hasil minyak Iraq. Selama waktu itu, tidak ada pertanggung-jawaban mengenai penggunaan dana sebanyak 13 milyar euro.
Beberapa pejabat dari kalangan tentara Amerika menyatakan, mereka akan mampu memberi pertanggung-jawaban, jika mendapat cukup waktu, untuk melakukan hal itu.
Sebagaimana banyak ditulis media massa sebelum ini, puluhan perusahaan raksasa internasional yang bergerak di bidang perminyakan berlomba-lomba berebut proyek-proyek perminyakan di Iraq pasca invasi Amerika ke Negeri 1001 Malam tersebut.
Beberapa saat setelah jatuhnya Iraq oleh Amerika, Halliburton, termasuk finalis perusahaan AS memenangi tender pemerintah Amerika Serikat untuk membangun kembali Iraq paska perang.
Halliburton ikut melakukan pembangunan fisik itu meliputi jalan, jembatan dan rumah sakit. Menariknya, dalam perusahaan jasa perminyakan yang bermarkas di Houston itu ada nama mantan Wapres AS Dick Cheney.
Perusahaan raksasa AS dan Negara besar yang ikut “berebut” di Iraq memang bukan hanya Halliburton. Ada juga perusahaan dan kontraktor kelas kakap, seperti Bechtel, Fluor, Washington Group International, Perini Corporation, Parsons, Lucent, dan CH2M Hill.*