Hidayatullah.com–Federasi Kristen Malaysia (CFM) telah meminta Perdana Menteri Najib Razak untuk mengatasi masalah yang serius yang dihadapi oleh non-Muslim, khususnya setelah peningkatan serangan terhadap orang Kristen oleh media milik negara itu.
“Pada tahun lalu … kami telah menyaksikan kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana orang-orang Kristen telah menjadi korban dengan tuduhan tidak beralasan dan tidak mendasar, fitnah, penghinaan,” kata sebuah pernyataan CFM yang dirilis Rabu (04/01/2012) kemarin sebagaimana dikutip UCANews.
“Terlebih lagi kami melihat organ-organ resmi pemerintah termasuk media yang dikontrol pemerintah digunakan untuk tujuan tersebut dengan impunitas,” kata pernyataan itu, yang ditandatangani oleh ketua CFM Id Bulan Hing, seorang uskup Anglikan.
CFM menegaskan kembali usulannya untuk membentuk sebuah kemeterian urusan non-Islam, “mengingat besarnya masalah yang dihadapi non-Muslim.”
Pernyataan itu juga meminta pemerintah untuk menghormati keputusan pengadilan tinggi pada 31 Desember 2009 yang menginjikan mingguan Katolik, Herald, untuk menggunakan kata “Allah” untuk Tuhan dalam bahasa Melayu.
Para CFM juga meminta pemerintah untuk “mencabut undang-undang, peraturan, kebijakan, dan berbagai pedoman yang membatasi dan melarang agama lain untuk menggunakan kata Allah dan kata lain.”
Dalam sebuah pidato perdana menteri itu menyampaikan bahwa kementerian pendidikan terkait mengangkat kepala sekolah di sekolah-sekolah misi untuk berkonsultasi dengan dewan sekolah masing-masing.
Dia juga berjanji Kitab Suci akan menjadi mata pelajaran dan diajarkan di sekolah-sekolah setelah jam-jam resmi sekolah jika diminta oleh orangtua.
Dia juga berjanji sumbangan kepada gereja-gereja dan organisasi-organisasi keagamaan akan dibebaskan dari pajak.
CFM adalah sebuah badan yang memayungi Dewan Gereja Malaysia, National Evangelical Christian Fellowship dan Konferensi Waligereja.
Seperti diketahui, dalam beberapa bulan terakhir ini isu bernuansa agama di Negeri Jiran ini termasuk cukup panas.
Kecurigaan di antara umat beragama di negeri itu tumbuh cukup menghawatirkan. Baru-baru ini, salah satu media cetak terbesar di Malaysia, Utusan Malaysia bahkan menulis laporan tentang isu Kristenisasi di negeri ini dengan judul “Malaysia, Negara Kristian?”.
Di beberapa media juga melaporkan adanya isu dari Pulang Pinang mengenai kebenaran terjadinya “grand design” sistematik di antara para pastor Kristen yang berkomplot dengan pihak oposisi Partai Aksi Demokrasi untuk mengangkat seorang Kristen sebagai Perdana Menteri Malaysia dan menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi Malaysia.
Suasana di kalangan masyarakat Malaysia pun masalah ini dikabarkan cukup menjadi perhatian serius. Mereka mengkhawatirkan bahwa laporan-laporan seperti itu dapat mengobarkan kembali huru-hara hebat seperti yang pernah terjadi pada tanggal 13 Mei 1969 di Malaysia.*