Hidayatullah.com–Para pemerontak di wilayah Darfur dan perbatasan sebelah selatan mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka telah membentuk aliansi untuk menggulingkan Presiden Umar al Bashir, sehingga menjadikan eskalasi kekerasan di negara yang rentan konflik itu.
Kelompok pemberontak Darfur terbesar, Gerakan Keadilan dan Persamaan (JEM), Tentara Pembebasan Sudan (SLA) dan SPLM-N, yang memerangi tentara pemerintah di Kordofan Selatan dan Nil Biru, mengatakan bahwa mereka telah membentuk aliansi politik dan militer.
Aliansi yang diberi nama Front Revolusi Sudan itu memusatkan tujuan mereka untuk “menggulingkan rezim Partai Kongres Nasional dengan cara apapun” dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang demokratis. Demikian disebutkan dalam pernyataan mereka yang diterima Reuters, Sabtu (12/11/2011).
Sebuah komite gabungan akan dibentuk untuk mengkoordinasikan aksi militer melawan Khartoum, kata mereka tanpa menjelaskan lebih lanjut.
“Ini adalah sebuah aliansi militer dan politik. Kami akan mengkoordinasikan perlawanan guna mengakhiri pemerintahan yang tidak menginginkan perdamaian,” kata Ibrahim El-Hilu, jurubicara salah satu faksi Tentara Pembebasan Sudan (SLA).
Sudan menuduh Sudan Selatan, yang memisahkan diri pada Juli lalu, membantu kelompok pemberontak membentuk aliansi. Pemerintah Sudan menyebutnya sebagai agresi.
“Front Revolusi Sudan yang disponsori pemerintah Sudan merupakan tanda yang jelas dari agresi oleh negara Sudan Selatan terhadap Sudan,” kata pihak keamanan Sudan sebagaimana dikutip media pemerintah Sudanese Media Center (SMC) dalam situsnya.
Para analis mengatakan, kelompok pemberontak dalam aliansi baru tersebut semakin mendekatkan diri satu sama lain sejak Sudan Selatan melepaskan diri.
Angkatan Bersenjata Sudan memerangi para pemberontak di wilayah barat Darfur dan juga negara bagian di selatan, yaitu Kordofan Selatan dan Nil biru yang berbatasan dengan Sudan Selatan. Bentrokan yang terjadi di perbatasan itu meningkatkan ketegangan antara Khartoum dan Sudan Selatan.
Khartoum dan Juba saling menuduh masing-masing mendukung pemberontak yang mengacaukan wilayah mereka.
Sudan menandatangani perjanjian damai dengan kelompok-kelompok pemberontak kecil di Darfur pada hari Kamis lalu. Namun, JEM dan kelompok pemberontak besar lainnya menolak untuk menandatangani perjanjian itu.*