Hidayatullah.com–Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh menyatakan bahwa dirinya siap untuk turun dari kekuasaan dalam waktu sembilan puluh hari ke depan, guna mencapai kesepakatan mengenai pelaksaan inisiatif dari Negara Teluk yang ingin mengakhiri krisis Yaman.
Dalam wawancaranya dengan kantor berita France 24, Saleh mengatakan, “Tidak benar rumor yang mengatakan saya akan tetap di pemerintahan. Saya bersedia untuk turun dari pemerintahan dalam sembilan puluh hari setelah perjanjian.”
Namun Saleh memberikan syarat agar semua pihak harus berkomitmen untuk melaksanakan langkah-langkah yang tercantum dalam inisiatif Teluk, khususnya mengenai pengalihan kekuasaan dengan cara-cara yang dapat menghindari perang saudara di negara itu.
Dikutip Aljazeera, Saleh menuduh pihak oposisi dan pasukan yang dipimpin oleh Jenderal Ali Muhsin Al-Ahmar memiliki hubungan dengan Al-Qaidah.
Menurutnya, Amerika Serikat mengetahui hubungan tersebut, dan harus mengungkapkannya kepada dunia internasional.
Saleh mengatakan, “Saya bisa menangkap semua lawan. Jika kami ingin menangkap mereka, maka kami telah menangkapnya sejak dulu. Akan tetapi kami menghormati konstitusi dan hukum, meskipun mereka memfitnah konstitusi dan hukum, serta meneror ibukota Sanaa.”
Saleh juga mengakui adanya tekanan internasional terhadapnya, dan dia menerima tekanan-tekanan tersebut untuk kepentingan Yaman. Akan tetapi dia tidak menerima tekanan yang tidak masuk akal.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dia juga menyatakan pentingnya dukungan Amerika Serikat untuk memerangi terorisme di negaranya.
Mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2014 tentang Yaman, Saleh menilai hal itu dengan positif dan seimbang. Dia menambahkan bahwa Amerika berperan penting dalam memberikan kontribusi terhadap resolusi tersebut.*