Hidayatullah.com—Biaya pendidikan tinggi yang semakin mencekik di sejumlah negara Barat, dijadikan peluang Malaysia untuk menarik minat mahasiswa asing kuliah di negaranya.
Sebagaimana dilansir Arab News (19/04/2012), sebanyak 23 universitas Malaysia yang mengikuti pameran dan konferensi pendidikan internasional selama 4 hari di Arab Saudi kemarin, menawarkan pendidikan tinggi dengan kualitas baik dan biaya lebih terjangkau.
Menurut Duta Besar Malaysia Syed Omar Al Saggaf, kualitas pendidikan yang baik menjadikan perguruan tinggi di negaranya setara –jika tidak lebih baik– dengan pendidikan di negara lain.
Azam Shuib, direktur regional wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara dari Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia, mengatakan bahwa setiap tahunnya sekitar 2.000 warga Saudi mendaftarkan diri belajar di berbagai perguruan tinggi Malaysia.
Dalam wawancara sebelumnya dengan Arab News, Al Saggaf mengatakan bahwa saat ini sekitar 3.000 mahasiswa asal Saudi sedang menuntut ilmu di Malaysia lewat Program Beasiswa Raja Abdullah. Sebagian dari mereka meneruskan pendidikannya di tingkat master dan doktor. Dan ada pula yang mengambil kursus singkat bahasa Inggris.
Selain kualitas pendidikan yang baik, menurut Azam, dibandingkan negara lain biaya pendidikan di Malaysia lebih murah.
“Universitas-universitas memungut biaya pendidikannya rendah. Ini tidak hanya menguntungkan bagi mahasiswa, tetapi juga orangtua mereka yang harus mengirimkan uang rutin saat mereka kuliah,” kata Azam.
“Terlebih lagi, biaya hidup di sana terjangkau dan setahun biasa hanya mencapai $3.750,” imbuhnya.
Selain itu, di Malaysia bahasa Inggris digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini menguntungkan bagi pelajar yang sudah terbiasa menggunakan bahasa internasional itu. Sementara bagi yang masih belajar, juga dapat berlatih meningkatkan kemampuannya berbahasa Inggris dengan mempraktekkannya setiap hari.
Masyarakat Malaysia merupakan komunitas yang majemuk, terdiri dari berbagai macam etnis dan ras dari berbagai belahan dunia. Sehingga mereka terbiasa dengan kehadiran orang asing.
Pemerintah Malaysi juga menerapkan prosedur imigrasi yang tidak rumit. Sehingga memudahkan para pelajar asing yang ingin masuk dan mendaftarkan diri ke berbagai perguruan tinggi.
Berdasarkan peraturan keimigrasian, pelajar asing yang merupakan mahasiswa penuh diperbolehkan menjadi pekerja paruh waktu, dengan maksimum jam kerja 20 jam per minggu selama liburan sekolah atau liburan umum yang panjangnya lebih dari 7 hari.
Malaysia juga merupakan negara yang relatif aman. Secara geografis wilayahnya bukan termasuk daerah rawan bencana dan tingkat kejahatan beratnya juga rendah.
Menurut Azam Shuib, disamping mahasiswa asal Saudi, saat ini ada sekitar 90.000 mahasiswa asing dari 150 negara yang belajar di 20 perguruan tinggi negeri dan 10 perguruan swasta di Malaysia.*