Hidayatullah.com—Seiring dengan retorika Israel akan menyerang Iran memanas, sejumlah orang asal Amerika Utara berbondong-bondong migrasi ke Isarel untuk bergabung menjadi tentara Zionis, lansir Deutsche Welle (27/8/2012).
Awal musim panas tahun ini, 350 imigran dari Amerika Utara tiba di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv. Kedatangan mereka disambut langsung oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bahkan sampai-sampai bandara ditutup sementara.
Di antara orang-orang yang tiba dengan penerbangan El-Al itu, terdapat 127 orang muda laki-laki dan perempuan yang berniat bergabung dengan Israeli Defense Force (IDF). Eric Schorr dari Philadelphia, Amerika Serikat, salah satunya.
“Ketika kami mendarat, suka-cita dan kebahagian meluap,” kata pemuda berusia 24 tahun itu kepada Deutsche Welle. “Sulit dipercaya. Saya ingat melihat air mata bercucuran di pipi banyak orang, karena impian mereka terwujud.”
Kedatangan para imigran baru itu bersamaan dengan semakin memanasnya retorika politik Israel yang mengatakan akan menyerang Iran sebelum pemilu presiden Amerika Nopember mendatang.
“Kita saat ini … melihat anti-Semitisme baru yang sangat jahat, dan kita perlu untuk membela diri melawannya,” kata Netanyahu dalam pidato penyambutan para imigran tersebut. “Tugas yang paling penting adalah membela negara Yahudi. Ini yang kami lakukan, ini yang kalian lakukan, dan saya sangat bangga kepada kalian,” puji Netanyahu.
Sebanyak 127 imigran, yang telah menyatakan ingin bergabung dengan IDF itu, mengenakan seragam berbeda dari imigran lainnya. Mereka berpakaian kaos berwarna khaki, seperti warna seragam IDF. Semuanya merupakan anggota organisasi nirlaba ‘Friends of the IDF’, yang mendukung aktivitas militer di kalangan Yahudi diaspora.
Jumlah imigran yang ingin mendaftar IDF pada bulan Agustus ini merupakan yang paling banyak dibanding rombongan-rombongan sebelumnya.
Schorr yakin akan mendapatkan posisi bagus di IDF, sebab ia memiliki gelar akademik di bidang kajian Timur Tengah dan Yahudi modern. Disamping itu, Schorr mengandalkan kemampuannya dalam berbahasa Yahudi dan pengetahuan bahasa Arab. Namun, tentu saja ia harus bersaing dengan warga Yahudi Israel untuk bisa menyamai kefasihan bahasanya.
Dipertanyakan
Kedatangan tambahan calon personel militer untuk membela negara Yahudi, ternyata tidak selalu membuat senang penduduk Zionis. Mereka mempertanyakan manfaat masuknya imigran asing ke dalam IDF, pasukan yang sering diterjunkan di Tepi Barat, wilayah jajahan Israel tempat tinggal mayoritas rakyat Palestina.
Di antara pengritik itu adalah Avner Gzaryahu, mantan anggota IDF yang kini menjadi aktivis Breaking the Silence, organisasi swadaya masyarakat berisi mantan tentara Zionis yang membocorkan aktivitas mereka selama berdinas di kemiliteran.
“Israel tidak membutuhkan, menurut pendapat saya, perekrutan anggota baru,” kata Gzaryahu, yang berdinas antara tahun 2004-2007 kepada Deutsche Welle.
“Jika mereka mau datang, tentu saja mereka disambut. Tetapi menurut saya, banyak hal yang lebih penting yang harus dilakukan dalam masyarakat Israel. Lebih penting jika para pemuda Yahudi Amerika terlibat tidak hanya di Tepi Barat, tetapi juga terlibat dalam isu-isu sosial di Israel,” kata Gzaryahu.
Sementara bagi IDF, berbondong-bondongnya imigran Yahudi dari luar negeri untuk bergabung bersama mereka merupakan tujuan utama. Saat in IDF menugaskan Friends of IDF untuk mengembangkan kerjasamanya dengan Nefesh B’Nefesh, organisasi Israel yang membantu para Yahudi bermigrasi ke negara Zionis itu.*