Hidayatullah.com–Pengadilan Kriminal Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY) melanjutkan persidangan kasus Radovan Karadzic. Hari Selasa (16/10/2012) tokoh 67 tahun yang dijuluki sebagai jagal Muslim Bosnia (Butcher of Bosnia) itu membacakan sendiri pembelaannya di hadapan panel hakim.
Alih-alih mengakui perbuatannya, presiden pertama Republik Srpska (entitas Serbia di Bosnia Herzegovina) ini justru menyangkal seluruh dakwaan atas dirinya. Bahkan, pria yang bertanggung jawab terhadap kematian ribuan Muslim Bosnia dan juga memerintahkan Pembantaian Srebrenica (Srebrenica massacre) pada 1995 itu, justru bersikap membanggakan dan memuji diri sendiri.
Dalam sidang itu Karadzic mendeskripsikan dirinya sebagai pria lembut yang memiliki toleransi tinggi.
Mantan pemimpin Serbia Bosnia itu mengatakan bahwa dirinya telah melakukan yang terbaik untuk menghindari pecahnya Perang Bosnia. Soal Pembantaian Srebrenica yang merenggut sedikitnya 8.000 nyawa Muslim Bosnia pada 1995, dia juga mengaku tidak bersalah. Menurut dia, saat itu tidak ada yang menduga akan terjadi pembantaian terhadap Muslim Bosnia.
Atas semua upayanya untuk menghindari perang dan pembantaian di masa lalu itu, Karadzic justru menyebut dirinya layak mendapatkan penghargaan. Padahal, semua upaya yang dia lakukan itu terbukti gagal mencegah perang maupun pembantaian.
“Seharusnya, saya mendapatkan penghargaan atas semua hal baik yang telah saya lakukan demi menghindari perang dan penderitaan rakyat,” ujarnya saat membacakan pembelaannya.
Karadzic menambahkan, genosida atas Muslim Bosnia di Kota Srebrenica merupakan aksi spontan. Sebelum terjadi pembantaian, kata dia, tak seorang pun menyangka akan terjadi pembunuhan terhadap Muslim Bosnia. “Saya atau siapapun tidak menyangka akan terjadi pembantaian terhadap mereka yang bukan etnis Serbia,” katanya, dalam berita AP dan Reuters.
Dalam persidangan terdakwa yang juga dituduh membantai etnis Kroasia di Bosnia itu terlihat tenang dalam menyampaikan pembelaannya. Mengenakan setelan hitam yang dipadu dengan kemeja warna biru muda dan dasi garis-garis biru, Karadzic mirip seorang dosen yang memberikan materi kuliah di kelas.
Sesekali, politikus kelahiran 19 Juni 1945 itu menebar senyuman. “Saya adalah seorang pria yang lembut, penuh toleransi, dan mampu memahami orang lain dengan baik,” ungkap Karadzic soal dirinya.
Dengan pembelaannya yang bersikukuh menyatakan tidak bersalah terkait Pembantaian Srebrenica, langsung menuai protes. Para kerabat dan keluarga korban yang mengikuti jalannya sidang di ICTY menyebut Karadzic berbohong.
Selain Pembantaian Srebrenica, ICTY menjerat Karadzic dengan kekejian lain. Yakni, peristiwa pendudukan Kota Sarajevo pada Mei 1992 sampai November 1995 yang menewaskan tidak kurang dari 10 ribu orang. Rata-rata, mereka tewas akibat serangan artileri tentara Serbia dan timah panas tim penembak jitu. Jika terbukti bersalah, Karadzic terancam hukuman maksimal penjara seumur hidup.*