Hidayatullah.com—Bom-bom yang meledak di empat masjid Muslim (Sunni) Iraq di Baghdad usai shalat Jumat (26/4/2013) menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai lebih dari 50 orang lainnya.
Bom tersebut meledak di tiga masjid Sunni yang terletak di Baghdad, sementara satunya berada di daerah sebelah utara dari ibukota Iraq tersebut.
Sebelumnya pada hari Selasa, sejumlah masjid Sunni juga dibom dan menewaskan lebih dari belasan orang. Ditambah dengan korban ledakan hari Jumat kemarin, jumlah korban tewas menjadi sedikitnya 195 orang, kata pejabat Iraq dilansir AFP.
Pasukan keamanan Iraq juga dikabarkan kembali bergerak ke kota Sulaiman Bek di sebelah utara, setelah kelompok bersenjata yang menduduki kota itu keluar.
Menurut pejabat setempat Shalal Abdul Baban dan wakil kepala dewan kota Ahmad Aziz, para pria bersenjata itu menarik diri dari Sulaiman Bek berdasarkan kesepakatan dengan pemuka-pemuka suku dan pejabat pemerintah.
Kelompok bersenjata itu memasuki Sulaiman Bek, daerah yang mayoritas dihuni oleh Muslim Sunni dari suku Turkmen, setelah terlibat baku tembak dengan aparat keamanan. Saat orang-orang bersenjata itu memasuki kota, warga setempat melarikan diri karena ketakutan.
Jenderal Ali Ghaidan Majid, pejabat angkatan darat Iraq, pada hari Kamis kepada AFP mengatakan, kelompok bersenjata yang memasuki Sulaiman Bek beranggotakan sekitar 175 orang. Mereka diberi waktu 48 jam untuk meninggalkan daerah itu atau bakal diserang oleh pasukan pemerintah.
Kekerasan beberapa hari terakhir di Baghdad itu merupakan serangan yang paling mematikan atas warga Muslim Sunni selama empat bulan terakhir, menyusul demonstrasi warga Sunni atas pemerintah Iraq yang sekarang dikuasai oleh mayoritas Syiah. Warga Muslim Sunni menuntut agar Perdana Menteri Nuri al-Maliki, yang merupakan politisi Syiah, mengundurkan diri.
Nuri al-Maliki adalah orang Syiah yang menjadi perdana menteri Iraq setelah Presiden Saddam Hussein (Muslim Sunni) digulingkan oleh pasukan Amerika Serikat dan sekutunya yang menginvasi Iraq tahun 2003. Al-Maliki hingga sekarang mendapat sokongan dari pemerintah Washington. Sejak Al-Maliki berkuasa, kelompok Syiah menguasai politik dan pemerintahan Iraq. Tidak sedikit politisi Sunni yang diburu dan dijadikan tersangka teroris tanpa bukti apapun, termasuk wakil presiden Tariq al-Hashimi yang sekarang dalam pelarian karena akan ditangkap hidup atau mati atas perintah Al-Maliki.
Sejak Iraq diserahkan oleh Amerika Serikat ke tangan politisi-politisi Syiah dan Washington menarik pasukannya dari negeri kaya minyak itu, api kekerasan berlatar belakang sektarian terus berkobar.*