Hidayatullah.com—Jerman sudah menyetujui penjualan 164 kendaraan perang bekas ke Indonesia, kata pemerintah Berlin hari Rabu (8/5/2013), setelah sebelumnya pemerintah Belanda menolak penjualan serupa karena adanya penentangan dari kemompok-kelompok HAM.
Mengutip jurubicara Kementerian Ekonomi Jerman AFP melaporkan, pemerintah Kanselir Angela Merkel telah memberikan lampu hijau kepada Rheinmetall AG pembuat peralatan militer di Duesseldorf untuk menjual tank-tank bekasnya ke Indonesia.
Menurut jurubicara itu, total harga yang harus dibayar pemerintah Jakarta untuk lebih dari 100 tank tempur Leopard 2 bekas pakai itu sekitar 3,3 juta euro (US$4,3 juta).
Biasanya, laporan mengenai penjualan peralatan tempur disimpan rapat sampai dirilisnya laporan tahunan mengenai ekspor peralatan militer Jerman, tulis AFP.
Namun, pemerintah terpaksa mengumumkan tentang kesepakatan penjualan tank-tank tempur itu setelah didesak oleh anggota parlemen dari Partai Hijau, Katja Keul, yang mempublikasikan jawaban pemerintah di laman situsnya.
Peralatan tempur yang dijual termasuk 104 tank Leopard 2 dan kendaran tempur infanteri Marder 1A2s sebanyak 50 unit, berikut amunisinya. Di antara 10 tank lain merupakan kendaraan lapis baja yang bisa dipergunakan di wilayah pegunungan, serta tank yang berfungsi sebagai jembatan darurat dan pengeruk tanah.
Permintaan pembelian tank-tank bekas dari Jerman diajukan pada tahun 2012 saat Merkel berkunjung ke Jakarta, dengan janji kendaraan tempur itu tidak dipergunakan untuk menembaki rakyat Indonesia sendiri.
Steffen Seibert jurubicara Merkel hari Rabu membela keputusan pemerintah Berlin itu, dengan mengatakan bahwa Indonesia adalah sebuah “negara partner penting” yang sebelumnya pernah menerima barang-barang peralatan pertahanan dari Jerman.
Lebih lanjut Seibert mengatakan, sejak tahun 1998 Indonesia mengalami perubahan politik yang mendalam menuju demokrasi dan reformasi yang dilakukan pemerintah Indonesia masih terus berjalan. Seibert juga mengingatkan tentang pujian Merkel kepada Indonesia saat berkunjung ke Jakarta, di mana kanselir Jerman itu menyebut negara kepulauan Indonesia sebagai “role model” dari masyarakat yang terdiri dari beragam agama.*