Hidayatullah.com—Gejolak politik di Mesir pasca kudeta Presiden Mohammad Mursy oleh militer masih belum selesai. Usai kudeta, puluhan pemimpin Al Ikhwan al Muslimun dan pendukungnya dikabarkan ditangkap.
Stasiun TV Al Mayadeen mengumumkan, Khairat Al Shater, Wakil organisasi itu, yang sebelumnya dijagokan sebagai kandidat pertama calon presiden Mesir ditangkap militer. Hari Kamis (04/07/2013), Fars News melaporkan, Dr Mohammad Badi, pemimpin Ikhwan juga ditangkap di provinsi Mersa Martuh. Sementara TV Al Arabiya, mengabarkan, Mursy yang semula hanya mendapat tahanan rumah, dipindahkan ke tempat yang tidak diketahui.
Diberitakan CNN, Kamis (04/07), juru bicara Al Ikhwan al Muslimun Gehad El-Haddad mengatakan, ada ratusan nama yang dimasukan dalam daftar penangkapan. Tetapi belum ada konfirmasi jelas mengenai penangkapan dua petinggi Partai Keadilan dan Kebebasan itu. Demikian
Yang jelas, menurut Haddad, dua petinggi Partai Keadilan dan Kebebasan Saad el-Katatni dan wakilnya, Rashad Al-Bayumi ditangkap bersama 300 anggota partai lainnya, demikian dikutip jejaring resmi Koran Al-Ahram.
Perintah penangkapan juga diberikan kepada Perdana Menteri Mesir Hisham Qandil.
Aparat kepolisian Mesir mengumumkan, pihaknya akan terus melakukan pengejaran terhadap para pemimpin Ikhwan dan pemimpin kelompok-kelompok Islam lain.
Banjiri Bundaran Rabiah
Sementara itu, pendukung Presiden Mesir Mohammad Mursy mencona menggelar dukungan dengan berkumpul di Bundaran Masjid Rabiah Adawiyah, Kairo Timur, sejak Rabu (03/07/2013).
Gelombang massa dari Ikhwanul Muslimin itu mulai datang pada Kamis petang waktu setempat (Kamis malam WIB).
Mereka menggelar shalat berjamaah sebagai aksi dukungan kepada presiden yang dikenal hapal al-Quran tersebut. Suasana kota Kairo pada Kamis pasca-pelengseran Mursy relatif tenang, namun warga Al Ikhwan al Muslimun pendukung Mursy terus bergelombang menuju Bundaran Masjid Rabiah Adawiyah.
“Mursy pahlawan kami, Badi penuntun kami,” teriak massa, merujuk pada penggulingan Presiden Mursy dan penangkapan terhadap Mursyid/Pemimpin Tertinggi al Ikhwan, Dr Mohammad Badi.
Gedung Markas Besar Ikhwan itu dibakar oleh penyerbu dan barang-barangnya dijarah seperti komputer, meja, kursi, bahkan daun pintu.
Sementara itu, jaringan televisi nasional setempat dan TV asing dilarang pihak berwenang untuk menyiarkan unjuk rasa massa Ikhwanul Muslimin yang kini beroposisi tersebut.
Sejak kudeta, media massa pro Islam dilarang siaran. Beberapa TV yang dianggap mendukung Mursy, Misr25 langsung ditutup, begitu pula Al HafizTV dan Al NasTV bernasib serupa, menghilang dari udara.
Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa 11 orang tewas dan 506 orang cedera di 17 provinsi akibat bentrokan pendukung dan anti-Mursy pasca-pelengseran.*