Hidayatullah.com—Polisi melakukan penggerebekan atas sebuah sekte Kristen di Jerman bagian selatan dan mengamankan 40 anak-anak dari tindak kekerasan yang diduga kuat dilakukan oleh kelompok tersebut, lapor pihak berwenang Jumat (6/9/2013) dilansir Associated Press.
Polisi mengatakan, anak-anak dari sekte Kristen bernama “Twelve Tribes” itu dimasukkan ke dalam program perlindungan, sehari sebelum penyidik mencari tahu apakah mereka mendapatkan pukulan atau siksaan fisik lain.
Sekitar 100 personel kepolisian terlibat dalam penggerebekan yang dilakukan pada Kamis (5/9/2013) sekitar pukul 6 pagi waktu setempat itu.
Pihak berwenang mengatakan, 28 anak ditemukan di salah satu lokasi sekte Kristen tersebut yang terletak di daerah Deinigen, dan 12 anak lainnya ditemukan di daerah Woernitz.
Dalam situs milik Twelve Tribes dikatakan, anak-anak itu berusia antara 1,5 tahun hingga 17 tahun. Mereka akan ditempatkan di rumah keluarga asuh setidaknya sampai sidang mendengarkan kesaksian digelar pekan depan.
“Di mana dasar hukumnya [kasus] ini?” kata sekte itu dalam pernyataan di situsnya. “Orang tidak bisa dipersalahkan atas sesuatu yang berkaitan dengan kepercayaan agamanya … tidak ada bukti kuat yang memberatkan siapapun.”
Dalam penjabaran tentang kelompoknya, sekte Twelve Tribes yang didirikan pertama kali di Amerika Serikat itu menyatakan bahwa anggota sekte percaya dengan metode pemukulan pantat anak. “Kami tahu bahwa sebagian orang menganggap aspek dari kehidupan kami ini kontroversial,” kata mereka di situsnya.
Oleh karena kebiasaan mereka itu, sebagian media menyebut Twelve Tribes sebagai “sekte pemukul pantat anak”.
Twelve Tribes mengakui Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai kata-kata yang langsung dari tuhan. Kelompok ini sebelumnya sudah mendapat sorotan dari kepolisian Jerman, terutama karena mereka menolak menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah umum.
Belum lama, ini pihak berwenang setempat mencabut izin atas sebuah sekolah milik Twelve Tribes di Klosterzimmern karena tidak memiliki guru yang layak.
“Tindakan yang dilakukan hari ini, tidak ada hubungannya dengan masalah wajib belajar,” kata jurubicara kementerian pendidikan kepada pers Jerman, Augsburger Allgemeine, dikutip BBC.*