Hidayatullah.com—Kondisi politik di Turki yang mulai memanas ditandai dengan makin panasnya pernyataan Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan dan tokoh gerakan Fethullah Gülen.
Hari Sabtu (25/01/2014), koran Zaman, yang berafiliasi pada gerakan Fethullah Gülen memuat berita bahwa Erdogan pernah memberi isterinya, Emine Erdogan, hadiah sekotak nanas. “Isterinya sangat menyukai nanas,” begitu tulisnya.
Disertai foto yang sudah dimontage, berita tersebut memperlihatkan Tayyip Erdogan sedang menikmati nanas bersama isterinya.
Berita ini nampak sebagai serangan balas gerakana (Jemaah) Fethullah Gülen kepada Erdogan yang sering menyitir kata nanas dalam banyak pidatonya.
Perang nanas ini bermula dari tersiarnya rekaman percakapan Fethullah Gulen sebagai pimpinan tertinggi dengan salah seorang petinggi dalam hierarsi Jemaah, memberikan laporan bahwa kiriman nanas dari Uganda telah sampai kepada pemodal besar Turki, Mustafa KOC.
Mereka juga telah mengirimkan surat ucapan terimakasih dan telah dibincangkan juga rencana pemberian sponsor acara buka bersama, katanya dikutip Akit.
Rekaman ini sontak membuat gempar mayoritas publik Turki. Munculnya rekaman ini juga memperuncing benturan yang selama ini sudah meletus.
Hipotesa bermunculan. Sebagian analis yang mengatakan Gulen tidak tahu banyak tentang kemelut dan maneuver-manuver politik yang dilancarkan bawahannya di Turki.
Analisa tersebut menegarai adanya kelompok susupan di dalam tubuh Jemaah (Fethullah Gülen,red) dan sebagaimana pernah diutarakan salah seorang petinggi dalam Jemaah Prof. Dr. Ahmed Akgunduz, bahwa sebagian orang di sekitar Gulen tidak menginginkan kepulangannya ke Turki, demi monopoli informasi dan mengarahkan Gulen untuk tujuan-tujuan mereka (Sabah, 8/12/2013).
Tapi nampaknya rekaman ini membantah keabsahan hipotesa tersebut.
Sebagian mengatakan, semua langkah politik yang diambil Jemaah diketahui dan mendapat pengesahan dari pimpinan tertingginya.
ANtara Nanas Asli dan Nanas Sandi
Pasca menyebarnya rekaman ini, Erdogan pun dalam banyak kesempatan sering melancarkan manuvernya menggunakan kata kode nanas ini.
Publik juga memberikan banyak penafsiran; Ada yang menafsirkan sebagai pertambangan emas, kilang minyak, dan komoditi ekonomis lainnya. Sebagai rentetannya muncul pula wacana bahwa gerakan sosial- pendidikan Gulen di luar negeri juga dinilai bermotif ekonomi, bukan semata usaha dakwah murni.
Dalam pidatonya memperingati “100 tahun Madrasah Imam Hatip”, sebuah madrasah yang meluluskan banyak pimpinan Turki yang dikenal agamis, ia memuji para guru sekolah itu dan menyisipkan pula sindiran terhadap pihak Jemaah.
“(Sembari mengingat para pimpinan Jam’iyah Ilim Yayma, pemrakarsa dan pengasuh Sekolah Imam hatip) .. Semoga Allah meridhoi mereka semua. Kami melihat malam-malam mereka di asrama. Pimpinan Jam’iyah Ilim Yayma, Paman Yusuf, Semoga ia dirahmati Allah, dia melihat anak-anak dan mentutupkan selimut pelajar yang terbuka. Khidmah mereka ini tidak akan terlupakan. Seorang penjaga malam yang lain, kalian lihat dia datang dan menutupkan selimut kalian. Mereka ini tidak akan terlupakan. Kita kenang mereka dengan doa memohon rahmat. Setiap pribadi dari bangsa ini akan mendoakan kalian siang dan malam. Mereka telah berjuang untuk bangsa ini, untuk negeri ini tak kenal pamrih bak pahlawan. Mereka tidak mengejar kekuasaan. Tidak pernah mengejar uang. Tidak pernah mengejar kamsyhuran. Mereka tidak pernah mengatakan “Ayo kita buat komplotan”. Mereka tidak mengatakan “Ayo kita bentuk negara paralel”. Mereka tidak mengatakan “Ayo kita bangun lingkar kesejahteraan”. Mereka tidak pernah mengatakan “Ayo kita dirikan pemerintahan ini, kita runtuhkan pemerintahan itu, kita rendahkan yang kita mau dan kita kultuskan yang kita mau”. Mereka tidak mengatakan “Ayo kita jadi alat untuk jaringan internasional”. Mereka tidak mengatakan “Ayo kita atur permodalan, jadi negara dalam negara”. Mereka tidak mengatakan “Ayo kita dirikan Republik Nanas”… Mereka cuma punya satu cita-cita, mereka hanya menginginkan tetap berdirinya sekolah Imam Hatip yang mengajarkan nilai-nilai bangsa dan negeri ini, mendidik generasi muda yang beriman dan berkeyakinan. Mereka tidak pernah bercita-cita untuk bisa tampil di panggung. Mereka datang sebagai pahlawan tak dikenal. Mereka laksanakan tugasnya diam-diam. Mereka tinggalkan kampung ini dengan kewibawaan. Para pemuda, kita jangan melenceng dari garis ini. Kita jangan lupa bahwa kita adalah pribadi dan anak-anak dari negeri ini. Bukan menjadi pekerja untuk asing, tapi menjadi mereka yang berjuang untuk bangsa, negara, prinsip dan idealismenya sendiri,” demikian sindir Erdogan dikutip Anadolu Ajansi (AA).
Lain para birokrat, lain pula pemain di dunia maya.
Begitu kabar hadiah nanas tersebar, media sosial pun digoncang gambar-gambar fotoshop dan pesan meme bermuatan sindiran terhadap gerakan Gulen dan perangkat ekonominya. Headline dan tulisan-tulisan kolom pun bermunculan dengan tajuk nanas.
Ingin menormalisasi kondisi ini, media Gerakan Gulen pun memberitakan bahwa Erdogan sendiri pun menyukai nanas dan pernah memberi isterinya hadiah sekotak nanas. Begitu pula, TV Samanyolu menyiarkan wawancara dengan beberapa petinggi TUSKON, Asiaosiasi pengusaha yang berafiliasi kepada Gerakan Gulen.
Di sana mereka mengatakan bahwa memberi hadiah nanas adalah hal yang lumrah dan biasa adanya dalam dunia bisnis dan birokrasi di Turki, dan mereka menyukainya, sebutnya. Kita ketahui, sebagai buah tropikal, nanas langka di Turki.
Nanas menjadi buah istimewa dan harganya pun cukup tinggi. Sesuai kwalitasnya, harga satu buah berkisar antara 5-9 Lira Turki, yakni sekitar 25-50 ribu Rupiah.
Atas pemberitaan dirinya tersebut, Erdogan pun memberikan jawaban dan mengingatkan kembali bahwa walaupun kasusnya sama-sama nanas, tapi tidak bisa dikiyaskan karena ada perbedaan. Nanas yang dihadiahkan Erdogan kepada isterinya adalah nanas sebenarnya yang dimaklumi, sedangkan nanas dalam kaset tesebut adalah kata sandi.
“Kalau pun media mereka memperlihatkan saya menghadiahi istri saya nanas, nanas saya natural, nanas benaran. Tapi nanas kalian adalah ‘tender’.. ‘tender’, Nanas mereka adalah bagi-bagi pabrik penyulingan minyak. Nanas mereka adalah praktek ilegal yang dilakukan dalam instansi pemerintahan..” tegasnya dalam lama resmi AKParti, (26/01/2014) Ahad siang dalam rapat umum pengumaman nama-nama calon AK Parti dalam dalam Pemilukada mendatang.
Bagaimana muara kedua tokoh ini ke depan? Kita lihat nanti.* /A. Rahman, penulis studi S2 di Marmara University, Istanbul-Turki