Hidayatullah.com—Komisi tinggi pemilihan umum di Mesir hari Ahad (20/4/2014) mengatakan bahwa hanya ada dua kandidat yang akan maju dalam pemilihan presiden bulan depan, yaitu mantan panglima angkatan bersenjata dan menteri pertahanan Abdul Fattah Al-Sisi serta Hamdeen Sabahi.
Sekjen Komisi Pemilu Abdul-aziz Salman dalam konferensi pers mengatakan, Al-Sisi mendaftar dengan menyertakan bukti dukungan sebanyak 189.930 tanda tangan. Sementara lawannya, Sabahi, maju dengan dukungan 31.555 tanda tangan.
Masa pendaftaran calon presiden berakhir hari Ahad kemarin. Calon presiden harus mendapatkan tanda tangan sedikitnya 25.000 warga dari sedikitnya 15 gubernuran dari keseluruhan 27 gubernuran yang ada di Mesir.
Al-Sisi menjadi figur yang dielu-elukan rakyat, sekaligus dibenci, setelah dilengserkannya politisi asal Al-Ikhwan, Muhammad Mursy, dari kursi kepresidenan pada 3 Juli 2013.
Mursy dipaksa turun dari jabatannya, menyusul aksi unjuk rasa besar-besaran oleh rakyat –yang berujung pada kerusuhan berkepanjangan, serta bentrokan antar kelompok masyarakat dan juga aparat– saat menandai satu tahun pemerintahannya pada akhir Juni 2013. Tuntutan agar Mursy turun digawangi oleh kelompok yang menamakan dirinya Tamarud.
Sabahi, seorang jurnalis, penyair dan politisi sayap kiri yang menganut ideologi politik Jamal Abdul Nasser, merupakan pengumpul suara terbanyak ketiga dalam pemilu presiden tahun 2012 yang dimenangi oleh Mursy.
Pemilu presiden tahun ini akan digelar pada 26-27 Mei dan hasil resminya akan diumumkan pada 5 Juni. Apabila tidak ada kandidat yang meraih kemenangan di atas 50% suara lebih satu, maka putaran kedua akan digelar kemudian.
Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani hampir dua pekan lalu di Kairo antara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton dan Menteri Luar Negeri Mesir Nabil Fahmy, Uni Eropa akan menjadi pengawas pelaksanaan pemilu tersebut, lansir Ahram Online.*