Hidayatullah.com—Ribuan orang menghadiri pemakaman Omar Abdul Rahman yang dikenal dengan julukan “Blind Sheikh” di sebuah kota kecil di Mesir, hari Rabu (22/2/2017).
Abdul Rahman, yang divonis bersalah dalam dakwaan konspirasi peledakan gedung World Trade Center di New York tahun 1993 dan perencanaan serangan teroris di sejumlah kota di Amerika Serika, wafat pada hari Sabtu (18/2/2017) di sebuah penjara di North Carolina dalam usia 78 tahun.
Ratusan pelayat, sambil membawa tulisan berbunyi “kita akan bertemu di surga,” berkumpul di Al-Gamaliya, kampung halaman Omar Abdul Rahman di Provinsi Dakhalia, di kawasan Delta Nil, menanti kedatangan jasadnya yang dibawa pulang dari Amerika melalui Kairo, lapor Reuters.
Omar Abdul Rahman kehilangan indera penglihatannya saat kanak-kanak akibat diabetes dan beranjak besar dengan mempelajari kitab al-Qur`an versi Braille. Dia tetap menjadi tokoh yang disegani meskipun dijebloskan ke penjara di Amerika selama 20 tahun lebih. Ketika Muhammad Mursy, tokoh Al-Ikhwan Al-Muslimun, menjadi presiden di Mesir tahun 2012 dia mengatakan bahwa memperjuangkan pembebasan Abdul Rahman merupakan prioritasnya. Sekelompok orang yang menyerang sebuah ladang minyak di Aljazair pada 2013 dan menyandera beberapa orang menuntut pembebasannya.
Omar Abdul Rahman dan beberapa pengikutnya ditangkap dan diadili pada tahun 1995. Mereka dituduh merencanakan pembunuhan tokoh-tokoh terkemuka, pemboman di markas besar PBB, pemboman fasilitas penting milik pemerintah di Manhattan, terowongan-terowongan, serta sebuah jembatan yang menghubungkan New York City dan New Jersey. Mereka juga dituduh berencana membunuh Presiden Mesir Husni Mubarak saat berkunjung ke Amerika Serikat tahun 1993. Mereka dinyatakan bersalah dalam 48 dari 50 dakwaan pada Oktober 2015.
Menyusul kabar kematiannya, Al-Qaeda mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa Omar Abdul Rahman menginstruksikan balas dendam terhadap orang-orang yang membunuhnya, menunjuk pada pemerintah Amerika Serikat.*