Hidayatullah.com—Wabah Ebola di Afrika Barat sejak bulan Februari 2014telah merenggut nyawa 603 orang, dengan sedikitnya 68 kematian dari tiga negara saja pekan lalu, lapor lembaga kesehatan dunia WHO.
Hari Selasa (15/7/2014) WHO mengatakan ada 85 kasus baru antara 8 hingga 12 Juli. Hal itu menunjukkan tingginya angka penularan penyakit mematikan tersebut.
Tenaga-tenaga medis internasional maupun lokal kesulitan untuk mengakses komunitas-komunitas masyarakat, karena penduduk takut jika orang luar justru akan semakin menularkan pernyakit itu dan bukannya memberantasnya.
“Sulit bagi kami untuk bisa masuk ke masyarakat di mana ada perlawanan terhadap orang luar,” kata jurubicara WHO Dan Epstein saat bertemu pers di Jenewa.
“Kami masih harus menghadapi kabar burung, kecurigaan dan sikap permusuhan. Orang-orang itu terisolasi, mereka resah, mereka ketakutan.”
Di Sierra Leone dan Guinea para pakar menduga sejumlah penderita sengaja disembunyikan oleh keluarga dan teman-temannya karena mereka percaya bahwa jika dirawat di rumah sakit itu berarti “vonis mati”.
Di Liberia perlawanan masyarakat bahkan lebih keras lagi, petugas kesehatan dikejar-kejar oleh kelompok bersenjata yang berusaha mengusir mereka.
Sierra Leone mencatat angka kematian terbanyak yaitu 52, termasuk kasus Ebola yang sudah dikonfirmasi, kemungkinan dan dicurigai, lapor Reuters dikutip Aljazeera.
Di Liberia ada 13 kasus dan Guinea 3 kasus, menurut data WHO.
Epstein mengatakan fokus utama di tiga negara itu adalah melacak orang-orang yang pernah berhubungan dengan orang-orang pengidap virus Ebola dan memantau kondisi mereka selama masa inkubasi 21 hari untuk memastikan apakah mereka tertular atau tidak.
“Mungkin butuh waktu berbulan-bulan sebelum kita bisa menangani epidemi ini,” imbuh Epstein.
Wabah Ebola berawal di wilayah pedalaman tenggara Guinea, kemudian menyebar ke daerah-daerah perbatasan.*