Hidayatullah.com–Seorang pembantu Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi mengatakan pada hari Senin (15/12/2014) bahwa orang-orang Syiah Hautsi merencanakan makar untuk menggulingkan pemerintah, setelah mereka menuding presiden mengukuhkan korupsi dan menuntut agar pengeluaran negara diawasi, lansr Reuters (16/12/2014).
Hautsi mengambil kendali atas ibukota Sanaa pada 21 September dan melakukan penetrasi ke lembaga-lembaga pemerintahan, tetapi Hadi masih duduk sebagai kepala negara. Sejak itu, presiden berusaha menenangkan Hautsi dengan memenuhi tuntutan kelompok Syiah tersebut, sambil berusaha mempertahankan otoritas negara.
Pemimpin Syiah Hautsi Abdul-Malik Al-Hautsi, dalam pidatonya di hadapan para tokoh dari suku Hautsi di markasnya di ibukota Sanaa hari Senin malam lalu mengatakan bahwa presiden adalah orang terdepan dalam hal korupsi di negara itu.
“Selama revolusi rakyat dan kebangkitan rakyat, Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi berada di barisan depan pasukan korupsi dalam menghinakan rakyat Yaman,” kata Abdul-Malik Al-Hautsi, merujuk demonstrasi anti-pemerintah yang dipimpin oleh kelompok Syiah itu sebelum menduduki ibukota.
“Saya berada di sini untuk mengatakan kepadanya (presiden) bahwa rakyat Yaman benar-benar orang hebat, pemaaf dan baik hati, tetapi mereka tidak akan bersikap tenang-tenang saja selamanya,” imbuhnya, saat berpidato di depan pemimpin-pemimpin Khawlan, salah satu suku yang mendukung gerakannya.
Seorang pejabat senior di kantor Hadi, ketika dimintai komentarnya tentang tindakan orang-orang Hautsi itu, mengatakan bahwa pidato pemimpin Syiah tersebut menunjukkan bahwa Hautsi merencanakan makar untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi dan berusaha untuk mengambil alih negara sepenuhnya.
Pejabat itu, yang tidak mau disebutkan identitasnya, kepada Reuters mengatakan bahwa pidato tersebut menunjukkan Syiah Hautsi tidak mau melakukan dialog politik dengan pemimpin negara, dan oleh karenanya “kami menduga kelompok itu (Hautsi) sudah menyiapkan sebuah rencana lainnya yang serupa dengan rencana yang dijalankannya ketika menguasai Sanaa.”
Abdul-Malik Al-Hautsi mengatakan bahwa sebuah komite yang dibentuknya untuk mengawasi kementerian-kementerian setelah Sanaa jatuh, telah mengungkap adanya upaya oleh sejumlah pejabat (yang tidak diidentifikasikan) yang telah menginventaris kekayaan negara untuk kemudian membagikannya kepada orang-orang di kalangan mereka sendiri.
Al-Hautsi juga mendesak agar anggaran pemerintah tanhun 2015 dicermati secara seksama agar tidak lagi dikuasai para koruptor.
Kelompok Syiah Hautsi, yang secara resmi dikenal dengan nama Ansharullah, berdalih bahwa aksi pendudukan mereka atas ibukota Sanaa bertujuan untuk mencerabut akar korupsi dan mewujudkan proses politik nasional yang adil.
Kelompok Syiah Hautsi diketahui memiliki hubungan erat dengan pemerintah Syiah di Teheran, Iran, musuh besar dari Arab Saudi dan negara-negara Muslim di kawasan Teluk.
Ajaran Syiah sekte Zaydi yang dipraktekkan Syiah suku Hautsi berkaitan tetapi agak beda dengan Syiah yang dipraktekkan di Iran.*