Hidayatullah.com—Perang di Suriah telah menjerumuskan 80 persen rakyatnya ke dalam kemiskinan, mengurangi harapan hidup 20 tahun dan menimbulkan kerugian ekonomi diperkirakan lebih dari $20 milyar sejak konflik bersenjata dimulai tahun 2011, kata sebuah laporan yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa dilansir Associated Press.
Syrian Center for Policy Research dalam laporannya menggambarkan malapetaka dari keruntuhan dan kehancuran sistematis dasar perekonomian Suriah. Dalam laporan yang dirilis hari Rabu (11/3/2015) itu dikatakan kekayaan negara, infrastruktur dan kebanyakan angkatan kerja Suriah telah ”lenyap”.
Hampir tiga juta rakyat Suriah kehilangan pekerjaannya selama konflik berlangsung. Itu artinya lebih dari 12 juta orang kehilangan sumber utama penghasilan untuk menghidupinya. Pengangguran melonjak dari 14,9 persen pada 2011 menjadi 57,7 persen di akhir tahun 2014.
Sebagian besar masyarakat kehilangan kesempatan untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan, sehingga 4 dari 5 orang Suriah saat ini hidup dalam kemiskinan, kata laporan itu.
Suriah telah menjadi negara dengan rakyat terdiri dari orang-orang miskin, tulis laporan tersebut.
Suriah sekarang menjadi negara dengan jumlah rakyat yang berstatus sebagai pengungsi terbesar kedua di dunia, setelah Palestina. Sebanyak 3,33 juta orang Suriah mengungsi ke luar negeri, 1,55 juta rakyat Suriah pindah ke luar negeri untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang lebih aman di negara lain. Sementara 6,8 juta rakyat Suriah masih bertahan di dalam negaranya, namun meninggalkan rumah-rumah mereka mengungsi ke tempat lain demi menyelamatkan diri.
Laporan yang didukung oleh UN Develompment Program (UNDP) dan lembaga PBB untuk urusan pengunsi Palestina itu mengatakan, perekonomian negara Suriah terus memburuk, di mana total GDP yang hilang diperkirakan $119,7 milyar.
Seiring dengan terus berlangsungnya pertempuran, jumlah kematian akibat konflik mencapai 210.000. Selain itu, 840.000 orang mengalami luka-luka. Itu berarti 6 persen dari populasi Suriah terbunuh atau terluka selama konflik.
Bencana lain yang tidak langsung tampak nyata adalah turunnya harapan hidup rakyat Suriah, dari 75,9 tahun pada 2010 menjadi hanya 55,7 tahun di akhir 2014.
Sektor pendidikan di negara Suriah menuju kehancuran, sebab 50,8 persen anak-anak usia sekolah tidak lagi pergi bersekolah selama tahun 2014-2015 dan hampir separuh dari mereka sudah tidak mengikuti pelajaran selama 3 tahun.*