Hidayatullah.com—Tuduhan kelompok opisisi Suriah dan mujahidin dibantuk Amerika Serikat (AS) nampaknya makin tidak terbutkti setelah Amerika menunjukkan keinginannya bernegosiasi dengan rezim tangan besi Bashar al Asaad.
Sinyal ini telah disampaikan oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad Hari Senin (16/03/2015) dimana sia sedang menunggu “tindakan” Washington memenuhi janji Menteri Luar Negeri AS John Kerry, yang sehari sebelumnya mengutarakan niat untuk bernegosiasi.
“Kami baru mendengar deklarasi dan kami harus menunggu tindakan dan kemudian memutuskan,” kata Assad kepada televisi Iran seperti dikutip oleh media pemerintah Suriah.
Dalam sebuah wawancara pada hari Ahad (15/03/2015), John Kerry mengatakan Amerika pada akhirnya harus mencapai kesepakatan dengan pemimpin terkait transisi kekuasaan politik, sementara Suriah menandai peringatan empat tahun perang sipil yang diperkirakan telah menewaskan lenih 220.000 orang (namun korban riil jauh lebih banyak).
“Pada akhirnya kita harus bernegosiasi,” kata Kerry dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada hari Ahad oleh televisi CBS dalam acara Face the Nation.
Kerry juga menegaskan “setiap pihak sepakat tidak ada solusi militer, yang ada hanya solusi politik”.
Kerry berbicara pada CBS sebelum meninggalkan Mesir menuju Lausane-Swiss untuk memulai kembali perundingan dengan Iran tentang program nuklir negara itu.
Pernyataan Kerry tersebut baru muncul setelah empat tahun berlalunya krisis Suriah yang menelan banyak korban.
Baru-baru ini, John Brennan, Ketua Dinas Intelijen Pusat AS (CIA) mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan adanya perubahan nyata dalam sikap Barat (Baca Amerika dkk) atas krisis di Suriah.
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Republik Iran untuk Urusan Arab dan Afrika mengatakan, Tehran dan Moskow sedang mengejar strateginya dalam mendukung Suriah dan Iraq dengan serius.
Hal ini dikatakan Hossein Amir-Abdollahian di akhir pertemuannya dengan Mikhail Bogdanov, Wakil Khusus Presiden Rusia Vladimir Putin untuk Urusan Timur Tengah dan Afrika, Selasa (16/12/2015), di Moskow seperti dilansir IRNA.
Ia menambahkan, Iran dan Rusia secara aktif akan membantu Suriah dan Iraq dalam memerangi “terorisme” dan “kelompok teroris”, demikian istilah Iran menyebut kelompok oposisi dan pejuang pembebasan dari rezim tangan besi Bashar Al Asaad.
Di sisi lain, Iran semakin terus menancapkan kukunya di Suriah. Ini ditandai ditanda-tanganinya perjanjian kerjasama ekonomi antara Menteri Urusan Ekonomi dan Keuangan Iran dan Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan Suriah hari Senin (16/03/2015).
Dalam perjanjian tersebut, ditekankan kemudahan hubungan perdagangan dan ekomomi kedua negara, dan perluasan penghapusan bea cukai bagi barang-barang produksi Iran untuk diekspor ke Suriah.
Sementara Amerika Serikat masih terus terlibat dalam serangan udara di Suriah utara dan timur, di mana gerakan ISIS/ISIL merebut wilayah tahun lalu, dan menjadi musuh bersama Damaskus dan Washington.*