Hidayatullah.com–Lebih dari 50 ribu warga negara Indonesia (WNI) memadati Victoria Park di Hong Kong, Sabtu pagi (18/07) waktu setempat, untuk menunaikan Shalat Ied.
Berbeda dengan di Indonesia, umat muslim Hong Kong baru merayakan Idul Fitri pada Sabtu berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan Komite Kehormatan Komunitas Islam Hong Kong.
Ketentuan itu diumumkan Komunitas Islam Hong Kong, pada Kamis (16/07) karena data dari Pemantauan Astronomi Hong Kong belum juga menunjukkan Ruyat (penampakan bulan baru) ataupun Imkanur Rukyat (kemungkinan penampakan bulan baru) di daerah China Selatan.
Untuk mengantisipasi perbedaan waktu Idul Fitri tersebut, Konsulat Jenderal RI di Hong Kong jauh-jauh hari telah memesan lapangan Victoria Park selama 17-19 Juli 2015.
Sepanjang Shalat Ied, sejumlah WNI tampak menangis dan menghapus air mata.
“Shalat Ied ini merupakan keputusan bersama antara Komunitas Islam Hong Kong, tokoh-tokoh agama (Islam) dan KJRI untuk menentukan kapan pelaksanaannya terkait masalah pemesanan tempat di Victoria Park,” kata KJRI Hong Kong, Chalief Akbar Tjandraningrat, dikutip BBC Indonesia.
Menurut Chalief, diperkirakan sekitar 50 ribu WNI datang untuk Shalat Ied yang dipimpin Kyai Haji Ali Sadikin.
Suasana haru
Selama Shalat Ied, banyak WNI yang hadir tampak menangis dan menghapus air mata. Suara tangis pun sayup-sayup terdengar mengiringi takbir dan saat khotib memberikan ceramah.
Beberapa TKI mengaku tak dapat menahan air mata saat mendengar takbir karena teringat keluarga dan keramaian merayakan lebaran di Tanah Air.
“Saya di Hong Kong sudah tiga tahun, jadi sedih tidak bisa kumpul anak dan keluarga. Saya hanya ingin mengucapkan kepada keluarga besar (di Indonesia) terutama bapak dan ibu, saya minta maaf di hari yang fitri ini. Untuk anak saya, maafin mama ya, nggak bisa pulang,” kata Juminah, 35 tahun, tenaga kerja Indonesia asal Salatiga dikutip BBC Indonesia.

Sementara Jemini, 39 tahun, TKI asal Pati, Jawa Tengah, menyatakan sengaja tidak mudik Lebaran tahun ini karena kedua anak majikan yang diasuhnya tidak libur sekolah.
“Mereka tidak ada jaga, tidak ada yang antar sekolah, kasihan kalau ditinggal. Tahun kemarin saya bisa pulang Lebaran karena (Lebaran jatuh pada) bulan Juni, pas anak majikan libur sekolah,” kata Jemini.
Kembali bekerja
Seperti kebanyakan TKI lainnya di Hong Kong, Jemini hanya diizinkan majikan untuk Shalat Ied sebentar dan harus kembali bekerja setelahnya.
Hukum perburuhan di Hong Kong mengharuskan libur sehari dalam seminggu untuk pembantu rumah tangga dan umumnya majikan memilih hari Ahad.
Konsulat Jenderal RI mempersilakan para WNI untuk beramah tamah seusai melaksanakan Shalat Ied.
“Saya tidak libur hari ini, cuma Shalat. Besok (Ahad, 19 Juli 2015) baru libur,” kata Jemini yang telah bekerja di Hong Kong selama sembilan tahun.
Ibu satu anak yang aktif di organisasi muslimah Masjid An Mar, Wan Chai, ini merupakan salah seorang dari 120 TKI yang menjadi panitia Shalat Ied di Victoria Park.
Selain di Victoria Park, pada hari yang sama berbagai organisasi muslim WNI juga melaksanakan Shalat Ied bersama di sembilan tempat lainnya di berbagai penjuru Hong Kong.*