Hidayatullah.com—Sebuah gereja di Filipina yang memiliki pengaruh politik dan penuh kerahasiaan yang terlibat masalah hukum dengan penyanyi R&B asal Amerika Serikat, Chris Brown, ternyata menyimpan banyak masalah yang selama ini tertutup dari mata publik, seperti kasus penculikan dan penggelapan dana.
Pemerintah Filipina hari Jumat (24/7/2015) memulai penyelidikan atas dugaan sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh Council of Iglesia ni Cristo atau Gereja Kristus. Gereja itu diduga bertanggungjawab atas penculikan sejumlah pendeta pejabat gereja dan penyalahgunaan dana.
Pengumuman mengenai dimulainya pemeriksaan oleh Departemen Kehakiman atas Gereja Kristus itu menjadi klimaks dari kabar yang selama ini beredar tentang korupsi dan pertikaian internal gereja dengan keluarga Manalo, pendiri gereja dan selama dua generasi mengendalikannya.
Dilansir Associated Press (25/7/2015), Brown sudah menggelar konser di Manila pekan ini tetapi kepulangannya tertunda disebabkan ada pengaduan tentang penipuan yang dilayangkan oleh sebuah perusahaan yang dikelola Iglesia. Perusahaan itu mengklaim telah membayar Brown dan seorang promotor sebanyak $1 juta di muka untuk konser Malam Tahun Baru berkapasitas 50.000 kursi di Philippine Arena, yang kemudian dibatalkan oleh penyanyi tersohor itu tanpa mengembalikan uang yang sudah dibayarkan. Brown akhirnya diperbolehkan meninggalkan Manila hari Jumat mlam kemarin setelah mendapatkan lampu hijau.
Pengeluaran misterius dan penculikan
Sengketa itu justru memicu terbongkarnya borok-borok pengelola Gereja Kristus lebih jauh, yang mana kasus-kasusnya yang terungkap kemudian tidak ada hubungannya dengan Brown.
Terungkap bahwa Iglesia ni Cristo, gerakan gereja yang sudah berusia 101 tahun di Filipina itu, ternyata selama ini mencengkram kuat 2,3 juta anggotanya.
Pekan ini terungkap adanya pertikaian di antara anggota keluarga dekat Manalo. Kasus itu terungkap ketika ibu dan seorang saudara laki-laki pemimpin Iglesia, Eduardo Manalo, diusir setelah meminta pertolongan kepada anggota kelompok lainnya lewat pesan di YouTube. Ibu dan anak itu mengatakan mereka dalam bahaya dan sejumlah pendeta menghilang.
Adik Eduardo Manalo yang mengadu ke publik itu, Felix Nathaniel Manalo, pada hari Kamis kemarin mengatakan bahwa dia menentang apa yang disebutnya sebagai berbagai anomali dalam operasional gereja. Felix Nathaniel mengatakan sejumlah dana gereja digunakan untuk bermacam-macam proyek yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Salah satu proyek itu, kata Felix Nathaniel, adalah Philippine Arena, yang disebut-sebut sebagai gelanggang dalam ruangan terbesar di dunia. Gelanggang itu yang seharusnya dipakai konser Malam Tahun Baru oleh Chris Brown dan tempat di mana perayaan 100 tahun Iglesia digelar tahun lalu.
“Kami diancam oleh Dewan … karena kata mereka kami menentang pemimpin,” ujar Felix Nathaniel. “Kami mencintai abang kami, tetapi masalahnya adalah orang-orang di sekelilingnya itu.”
Pengeluaran misterius lain yang dilakukan oleh gereja, yang ini tidak diungkapkan oleh Felix Nathaniel, adalah pembelian kota hantu Scenic di South Dakota, Amerika Serikat. Kota tak berpenghuni itu dibeli Iglesia dengan hari lebih dari $800.000 di tahun yang sama dengan dimulainya pembangunan Philippine Arena. Gereja tidak mengungkapkan tentang rencananya mau diapakan kota yang diterlantarkan dan ditinggal warganya itu.
Isaias Samson, seorang pendeta dan bekas pemimpin redaksi koran Iglesia, mengatakan kepada para wartawan bahwa dia dan istrinya serta putranya ditempatkan dalam “tahanan rumah” oleh para penjaga bersenjata selama sepekan sebelum akhirnya bisa meloloskan diri pada Kamis pagi. Penahanan itu diduga kuat diperintahkan oleh Dewan Gereja.
“Sulit untuk mengungkapkan tentang hal-hal yang kami tahu yang akan merusak Iglesia karena tindakan sebagian orang,” kata Samson, seraya menambahkan sudah ada 10 pendeta yang diculik (hilang).
Dengan semakin merebaknya kasus-kasus Iglesia itu, Departemen Kehakiman Filipina akhirnya turun tangan dengan memulai penyelidikan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut Menteri Kehakiman Leila de Lima kepada wartawan, pemerintah tidak bisa turut campur dalam perselisihan dan pertikaian internal gereja, tetapi masalah penculikan adalah tindakan kriminal yang akan diselidiki lebih lanjut oleh Biro Investigasi Nasional.
Di Filipina Iglesia memiliki pengaruh politik yang besar. Pasalnya, Iglesia dan para anggota ikut memberikan suara sebagai satu blok, yang mana pengurus dan anggota (jemaat gereja) harus mengikuti komando dari ketua, siapa yang harus dipilih dan tidak boleh dipilih dalam pemilihan umum. Hal itu menjadikan Iglesia senantiasa mendapat perhatian khusus di kalangan politisi, yang ingin mendulang suara dalam jumlah besar ketika pemilu terutama saat pemilihan presiden.
Pendiri gerakan itu, Felix Manalo, melepaskan diri dari Gereja Katolik Roma dan dianggap oleh pengikutnya sebagai seorang nabi. Dia meninggal dunia tahun 1963 dan kemudian digantikan oleh putranya Erano Manalo, sampai ajalnya di tahun 2009. Iglesia lalu dipimpin oleh anak laki-laki Manalo lainnya, Eduardo.
Bienvenido Santiago, General Evangelist dari Iglesia, membantah tuduhan adanya penculikan-penculikan dan mengatakan bahwa gereja mereka “bukan sebuah perusahaan keluarga.”*