Hidayatullah.com–Festival Penulis Singapura (Singapore’s Writer’s Festival) yang sedianya akan dilaksanakan pada akhir Oktober hingga awal November tersebut akhirnya mencoret salah satu calon panelis mereka, penyair Sitok Srengenge.
Penyair kelahiran Grobogan, Jawa Tengah tersebut dicabut dari daftar bintang tamu setelah sebuah surat terbuka dilayangkan kepada panitia festival.
Surat tersebut berisi protes oleh berbagai komunitas budaya dan sosial di Indonesia mengenai terpilihnya Sitok sebagai salah satu wakil Indonesia di festival Internasional, sementara dirinya adalah tersangka kasus pelecehan seksual pada tahun 2013 lalu. Tiga orang wanita telah melaporkan kepada polisi kasus pelecehan tersebut, dan kini masih dalam proses persidangan.
Dalam surat tersebut, disebutkan bahwa Sitok tidak pantas menghadiri event sastra karena apa yang dilakukannya tidak sealan dengan tujuan seni sastra.
“Sastra adalah salah satu alat bagi para perempuan untuk menyuarakan perjuangannya, serta sebuah sarana untuk mendidik masyarakat. Kami meminta panitia untuk mencabut nama Sitok sebagai bentuk solidaritas kepada gerakan untuk membasmi kekerasan seksual di Indonesia,” tulis www.todayonline.com.
Tahun lalu, sebuah petisi yang ditandatangani oleh 2400 orang mendesak Polda Metro Jaya untuk menahan Sitok yang diduga telah melecehkan seorang mahasiswi Universitas Indonesia. Dia diduga berbuat tidak menyenangkan dan mengarah pada perlakuan asusila. Ini bukan pertama kalinya Sitok batal tampil pada sebuah event karena protes. Awal tahun ini, para aktivis perempuan menolak kehadiran Sitok pada sebuah acara seni.
Penulis novel Menggarami Burung Terbang tersebut sedianya dijadwalkan untuk hadir pada diskusi puisi tanggal 31 Oktober sebagai rangkaian dari Singapore Writer’s Festival, yang salah satu highlight-nya pada tahun ini adalah para sastrawan Indonesia yang dimotori oleh Goenawan Muhammad. Kini setelah namanya resmi dicabut pada 4 Oktober lalu, website SWF tidak lagi menampilkan nama Sitok.*/Tika Af’idah