Hidayatullah.com—Koran Jerman Bild hari Jumat (27/11/2015) membuat kehebohan di dalam negeri dengan laporannya yang menyebutkan bahwa senjata-senjata yang dipakai oleh pelaku serangan di Paris belum lama ini berasal dari Jerman. Bild mengklaim pihaknya memiliki dokumen dari kejaksaan yang menunjukkan bahwa seorang dealer senjata Jerman telah ditangkap berkaitan dengan serangan yang diklaim dilakukan oleh kelompok ISIS tersebut.
Seorang pria berusia 34 tahun asal kota Magstadt di selatan Jerman bernama Sascha W. diduga telah menjual empat senjata Kalashnikov (2 senjata AK-47 buatan China dan dua Zastava M-70 buatan Yugoslavia) kepada seorang pembeli asal Arab enam hari sebelum serangan terjadi, melalui apa yang disebut sebagai jaringan gelap, tempat jual beli bermacam-macam barang “haram” di internet.
Siang harinya, setelah laporan Bild meluas, sejumlah reporter mendatangi kantor kejaksaan di Stuttgart. Di sana mereka mendapatkan kabar bahwa memang benar ada penangkapan atas Sascha W. karena menjual senjata-senjata api replika dan senjata Kalashikov asli. Namun, tidak ada bukti bahwa Sascha berkaitan dengan serangan di Paris.
Laporan badan penyiaran milik pemerintah Jerman, ARD, menyebutkan bahwa kabar tidak jelas itu kemungkinan disebabkan karena kesalahan membaca laporan yang dikeluarkan oleh pihak pabean Jerman, yang mengatakan bahwa senjata-senjata yang dijual Sascha sama jenisnya dengan yang dipakai dalam serangan Paris.
Win Zwijnenburg, penasihat kebijakan pelucutan senjata dan keamanan di IKV Pax Christi, sebuah LSM berbasis di Belanda, mengatakan para pelaku serangan Paris bisa mendapatkan senjata dari sumber mana saja. “Latar belakang kebanyakan senjata itu adalah negara-negara Balkan, bekas Yugoslavia, atau persenjataan yang lebih baru dari Republik Ceko, Moldova atau Ukraina,” kata Zwijnenburg kepada Deutsche Welle.
“Mudah sekali untuk memasukkan barang-barang ke dalam bagasimu lalu berkendara melintasi perbatasan,” ujarnya.
Kaitannya dengan Eropa Timur, Zwijnenburg mengatakan terdapat bukti-bukti bahwa persenjataan yang dijual secara legal ke pemerintah Iraq sudah mulai kembali ke Eropa secara ilegal.
Menurut Zwijnenburg, dalam kasus serangan Paris ada kemungkinan perantara jual-beli senjata yang digunakan pelaku adalah orang Jerman.
Lebih lanjut Zwijnenburg mengatakan pasar gelap penjualan senjata dikendalikan oleh kelompok-kelompok kriminal dan tidak kekurangan pasokan di Eropa.
Hanya saja, menurut Zwijnenburg laporan Bild yang menyebutkan senjata dalam serangan Paris didapat pelaku dari pasar gelap di internet kurang meyakinkan. Pasalnya, hal itu justru rumit dan membutuhkan banyak waktu.
“Jika Anda membutuhkan enam pucuk senjata AK-47 dan tambahan amunisi, Anda tidak melakukannya di pelosok web,” kata Zwijnenburg. “Anda harus membuat akun Bitcoin, kemudian mengatur pengirimannya, Anda juga harus mempercayai penjualnya, yang tidak bisa Anda lihat, dan Anda juga tidak bisa melihat apakah senjata-senjata itu benar-benar berfungsi. Harus ada kepercayaan yang sangat besar. Jika Anda membelinya di pasar gelap (bukan lewat internet, red), Anda bisa melihat senjatanya dan bahkan memegangnya dengan tangan Anda.”*