Hidayatullah.com—Setelah Presiden Amerika Serikat Barack Obama meminta Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan agar mengambil langkah guna meredakan ketegangan dengan Iraq, pemerintah Ankara mengakui adanya “miskomunikasi” dengan Baghdad perihal penugasan tentaranya di daerah Bashiqa dan mengatakan akan melanjutkan pemindahan pasukannya keluar dari Provinsi Nineveh, lapor Today’s Zaman Ahad (20/12/2015).
Tindakan Ankara mengerahkan pasukan tambahan berikut tank-tank ke kamp pelatihan di Bashiqa, dekat kota Mosul yang kaya akan minyak di Iraq, awal Desember ini telah menimbulkan ketegangan dengan pemerintah Baghdad. Meskipun Turki mengatakan pengerahan pasukan itu atas sepengetahuan Iraq, tetapi pemerintah Baghdad membantah hal itu dan meminta Turki menarik seluruh pasukannya keluar dari wilayah utara Iraq, dan pada hari Jumat meminta agar Perserikatan Bangsa-Bangsa memasukkan isu tersebut ke dalam agenda rapatnya.
PBB dan AS mendesak Turki untuk menghormati kedaulatan Iraq dan menarik pasukannya dari negara itu. Presiden Erdogan dalam pernyataan sebelumnya menegaskan bahwa Turki tidak akan menarik pasukannya dari Bashiqa, sebab keberadaan tentaranya di sana adalah untuk melindungi kamp pelatihan militer itu dari kemungkinan serangan oleh kelompok ISIS/ISIS/Daesh. Setelah mendapatkan reaksi keras dari Iraq, Turki terpaksa menarik sebagian serdadunya dari Bashiqa ke kamp lain dekat perbatasan Turki-Iraq di wilayah utara Iraq. Namun, Iraq meminta agar Turki menarik pasukan sepenuhnya keluar dari teritorinya.
Sabtu malam (19/12/2015) Menteri Luar Negeri Turki mengatakan dalam sebuah pernyataan berbahasa Inggris bahwa “Turki, dengan memahami kekhawatiran Iraq dan sesuai dengan tuntutan keperluan untuk memerangi Daesh, akan terus memindahkan pasukan militernya dari Provinsi Nineveh yang menjadi sumber dari miskomunikasi tersebut.”
Pernyataan itu tidak menjelaskan berapa banyak pasukan Turki yang akan dipindahkan dan ke mana mereka akan dipindahkan.
Kementerian juga menekankan dukungan Turki atas kedaulatan dan integritas wilayah Iraq, serta mengatakan pemerintah Turki “mengakui terjadi miskomunikasi dengan pemerintah Iraq mengenai pengerahan pasukan perlindungan Turki yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan pelatihan pasukan Iraq dalam upaya mereka melawan DAESH di utara Iraq.”
“Turki akan terus berkoordinasi dengan pemerintah Iraq perihal kontribusi militernya untuk melawan DAESH. Turki menegaskan kembali komitmennya untuk memperdalam kerja samanya dengan Koalisi Global untuk melawan DAESH,” kata kementerian dalam pernyataan itu.
Pengumuman dari kementerian luar negeri itu dikeluarkan sehari setelah Presiden Obama melakukan pembicaraan lewat telepon dengan Presiden Erdogan. Dalam pembicaraan telepon hari Jumat itu, Obama mendesak Erdogan “untuk mengambil langkah-langkah tambahan guna mengurangi ketegangan dengan Iraq, termasuk terus menarik mundur pasukan militer Turki, serta menenkankan kembali perlunya Turki menghormati kedaulatan dan integritas teritorial Iraq,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
“Pada akhirnya, kedua pemimpin itu sepakat untuk bekerja sama dalam upaya-upaya diplomatik antara AS, Turki dan Iraq guna mengurangi ketegangan dan untuk mengkoordinasikan upaya-upaya militer dalam melawan ISIL,” imbuh Gedung Putih.
Obama menekankan arti pentingnya kontribusi Turki dalam memerangi ISIS. Kedua pemimpin negara itu juga mendiskusikan perihal peningkatan kerja sama dalam soal Suriah, termasuk upaya mendukung kelompok-kelompok oposisi Suriah yang moderat.
Sebelum Obama mengontak Erdogan, Wakil Presiden AS Joe Biden telah menghubungi Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu guna mendesak agar Turki menarik pasukannya dari Iraq dan mengurangi ketegangan dengan Baghdad.*