Hidayatullah.com—Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Ankara akan terus menempatkan pasukannya di Afghanistan selama yang diinginkan Kabul.
“Pasukan kami akan tinggal di sana selama yang Afghanistan inginkan,” kata Erdogan dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Ashraf Ghani di Ankara, lapor Today’s Zaman Kamis (24/12/2015).
“Masalah Afghanistan adalah masalah kami, kesuksesan Afghanistan adalah kesuksesan kami,” imbuh Erdogan.
Presiden Turki itu menegaskan bahwa masyarakat internasional seharusnya tidak meninggalkan Afghanistan sendirian dalam usahanya menjaga stabilitas negaranya, dan Erdogan mengatakan usaha gabungan Turki dengan Afghanistan dan Pakistan dalam memerangi terorisme akan membantu kawasan itu.
Awal Januari tahun ini parlemen Turki menyetujui mandat dari perdana menteri yang memperbolehkan kesatuan dari Angkatan Bersenjata Turki (TSK) melanjutkan terus misi pimpinan NATO di Afghanistan.
Gabungan pasukan internasional sekutu Amerika Serikat yang dinamakan International Security Assistance Force (ISAF) di Afghanistan mengakhiri misinya pada tahun 2014. Sekarang misi itu dilanjutkan dengan misi pelatihan dan pendampingan bagi pasukan keamanan Afghanistan dengan nama Resolute Support (RSM) yang diluncurkan 1 Januari tahun ini.
Turki, bersama dengan Jerman dan Italia, memutuskan mempertahankan keberadaan pasukan mereka, setelah Amerika Serikat memutuskan untuk memperpanjang 14 tahun kehadiran militernya di negara itu pada Oktober lalu.
Jerman, sebagai negara kontributor teratas NATO dalam proses itu, menempatkan sekitar 850 personel militernya di Afghanistan, disusul kemudian oleh Italia sebanyak 760 dan Turki 500 personel. Demikian menurut data terbaru NATO.
Amerika Serikat menggandeng sekutu-sekutunya anggota NATO untuk menginvasi Afghanistan pada 2001 dengan dalih memburu dan memerangi terorisme, dengan menggulingkan pemerintahan Taliban, menyusul peristiwa 9/11 yang meruntuhkan kompleks gedung World Trade Center di New York.*