Hidayatullah.com–Negara Bagian Kelantan yang dikuasai Partai Islam Se Malaysia (PAS) mengusulkan undang-undang yang membolehkan pihak berkuasa mengambil tindakan terhadap anak muda bukan muhrim, yang berkeliaran saat Maghrib dan kedapatan berboncengan dengan kendaraan bermotor.
Transformasi undang-undang yang bakal disiapkan itu akan dilakukan pada pihak berkuasa setempat di seluruh Kelantan guna mengawal gejala sosial di kalangan anak-anak muda, demikian kata Gubernur, Datuk Ahmad Yakob, Kamis (03/03/2016) dikutip laman media setempat, ismaweb.net.
Bagaimanapun, Ahmad Yakob tidak menyatakan bentuk tindakan yang dapat diambil terhadap mereka yang ‘ditangkap saat berkeliaran’ pada waktu Maghrib, termasuk mereka yang ada di taman, tepi pantai dan membonceng kendaraan bermotor dengan lawan jenis yang bukan muhrim.
Sehubungan itu, satu kajian akan dijalankan bagi membuat Undang-Undang Kecil Taman Majlis Perbandaran Kota Bharu (MPKB) 1986, selaras usaha mentransformasikan peraturan yang bersangkutan.
Menurutnya, rencana itu dilakukan guna menangani masalah anak muda yang selama ini banyak berkeliaran di kawasan taman, khususnya pada waktu waktu Maghrib.
“Walaupun gejala sosial di negeri ini tidak menghawatirkan, usaha perlu dibuat agar ia dapat dicegak lebih awal,” katanya.
Rencana undang-undang itu, katanya, dinilai sejalan dengan pendirianya Jabatan Pembangunan Islam (JPI) dan otoritas lokal di seluruh kawasan itu tahun ini.
Ahmad berkata, JPI diharap dapat membuat kajian berkaitan undang-undang kecil tersebut guna menangani gejala sosial yang melanda anak muda, khususnya bagi mereka yang berkeliaran pada waktu Maghrib.
“Hasrat pemerintah supaya dengan undang-undang itu dapat mengawal anak-anak muda yang bebas berkeliaran khususnya di kawasan taman atau di tepi pantai.
“Membonceng kendaraan bermotor dengan yang bukan muhrim sering terjadi, ini yang kita akan kita kawal. Trend sekarang mereka suka membonceng, bebas ke sana ke mari dan ini amat tidak baik khususnya dalam agama kita,” katanya.
Sebelum ini, tahun 2015, Dewan Perwakilan Kabupaten Aceh Utara juga pernah menetapkan larangan pria-wanita bukan muhrim, berboncengan motor.*