Hidayatullah.com—Pria petualang asal Austria ini sudah dikenal pihak berwenang. Dia senang bepergian ke wilayah konflik di berbagai negara, sampai akhirnya ditangkap oleh polisi perbatasan Polandia dengan tuduhan kejahatan perang di Ukraina.
Dilansir Deutsche Welle Rabu (4/5/2017), seorang warganegara Austria ditangkap dengan tuduhan melakukan kejahatan perang di wilayah Donbass, Ukraina, telah ditangkap akhir pekan kemarin oleh polisi perbatasan Polandia. Surat perintah penangkapan dari otoritas Eropa dikeluarkan beberapa pekan lalu atas nama pria itu. Pemerintah Austria ingin agar orang tersebut secepatnya diekstradisi kembali ke negaranya.
Pria berusia 25 tahun itu dituduh “telah membunuh sejumlah tentara yang bertempur di Bandara Donetsk yang sudah menyerah dan/atau telah membunuh sejumlah warga sipil,” kata seorang jubir kantor kejaksaan di Wiener Neustadt, di Provinsi Niederösterreich (Austria Hilir). Tersangka sudah diperiksa atas pelanggaran undang-undang zat berbahaya.
Aparat terkait tidak memberikan informasi rinci perihal orang itu, karena perkaranya masih dalam tahap penyidikan. Koran Austria Kurier melaporkan bahwa tersangka bernama Benjamin F asal sebuah desa di negara bagian Vorarlberg di sebelah barat Austria. Dia dulu adalah pelajar berprestasi yang pandai memainkan biola dan bercita-cita menjadi instruktur ski. Pria itu juga tercatat sebagai sukarelawan pemadam kebakaran.
Di usia 17 tahun, Benjamin F masuk dinas militer Austria dan ditugaskan di Kosovo, di mana dia mengeluh sebab sementara pasukan Prancis ditugaskan ke lapangan, pasukan Austria tetap tinggal di barak. “Saya bosan setengah mati,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Dalam rangka mencari petualangan yang lebih menantang, pemuda itu pergi ke Somalia, di mana dia mengawal kapal-kapal yang melintasi perairan rawan bajak laut Somalia. Dia juga pernah mencoba mendaftar masuk Legiun Asing Prancis, tetapi gagal, lalu kembali ke Austria untuk bekerja di ibukota Wina sebagai petugas keamanan.
Ketika pecah perang di Ukraina bagian timur, Benjamin F berkenalan dengan para petualang maut lainnya di Facebook, dan bergabung dengan mereka di sana. Dalam wawancaranya dengan Kurier, dia menggambarkan Donbass pada tahun 2014 dalam kondisi kacau balau sepenuhnya. Banyak tentara yang mabuk-mabukan. Perjanjian Minsk mengubah pertempuran di garis depan menjadi perang parit melawan “para pemabuk dan tukang teler,” ujarnya.
Benjamin F lalu pergi Suriah untuk ikut memerangi ISIL alias ISIS alias Daesh. Pertama-tama dia bergabung dengan milisi Kurdi YPG, kemudian beralih ke Peshmerga di Iraq, ketika dia menganggap para anggota YPG terlalu relijius. “Semuanya terasa lebih hidup ketika ada kematian,” ujarnya saat diwawancarai.
Dia kemudian kembali ke Ukraina sebagai anggota Task Force Pluto, unit sukarelawan yang dibentuk oleh tiga warga Amerika dan seorang Austria, yang dikenalnya saat masih berdinas di kemiliteran.
“Mereka berangkat ke Ukraina dengan pandangan nasionalis guna mendukung Ukraina menghadapi Rusia,” kata Timo Vogt, seorang fotografer Jerman, kepada Deutsche Welle. Vogt mengikuti kegiatan Task Force Pluto di bagian timur Ukraina pada 2016 untuk mendokumentasi kiprah orang-orang asing di Donbass.
Ketiga orang Amerika dan dua Austria itu membuat tato yang sama di lengan mereka untuk menunjukkan kesetiakawanan, berbunyi “Molon Labe,” yang dalam bahasa Yunani Kuno artinya “mari ke sini dan ambil.” Konon itu adalah ekspresi pembangkangan yang diutarakan oleh Raja Leonidas I dari Sparta, ketika Raja Persia Xerxes memerintahkan agar pasukannya meletakkan senjata pada tahun 480 SM.
Vogt pernah bersama Benjamin F di sebuah parit kurang dari satu kilometer jaraknya dari Bandara Donetsk. “Saya melihat dia mengambil senjata dan menembak tanpa keraguan,” kata Vogt. “Dia bertempur untuk orang-orang yang berpandangan sama dengannya. Ketika sudah berbeda, maka dia akan beralih.”
Benjamin F bukan satu-satunya orang yang berpetualang dalam peperangan. Di Austria saja, 300 warga asli Autria atau warga naturalisasi ikut serta dalam konflik bersenjata di negara asing, menurut data dari Kementerian Dalam Negeri Austria.*