Hidayatullah.com—Lebih dari 130 keluarga di Provinsi Tyrol Selatan, Italia, diduga terpaksa akan mencari suaka ke Austria hanya beberapa hari setelah presiden menandatangani keputusan perihal kewajiban vaksinasi bagi anak yang akan mendaftar masuk sekolah.
“Para orangtua sudah menulis kepada [Presiden Italia] Mattrarella, Presiden Australia Van der Bellen, serta United Nations Human Rights Council di Jenewa,” kata aktivis anti vaksinasi Reinhold Holzer kepada kantor berita ANSA seperti dilansir RT Jumat (9/6/2017).
Hal itu muncul hanya dua hari setelah Mattrella menandatangani dekrit berisi keharusan mendapatkan 12 vaksinasi bagi anak-anak yang akan mendaftar sekolah, kata kementerian.
Anak-anak usia sekolah yang tidak divaksinasi masih diperbolehkan mendaftar, tetapi orangtua mereka harus membayar denda yang besarnya antara 500 sampai 7.500 euro (7,4 juta sampai 111,6 juta rupiah).
“Kami tidak akan meracuni anak-anak kami,” kata Holzer, seraya menambahkan bahwa suaka bukan hanya untuk orang-orang yang menyelamatkan diri dari peperangan, tetapi juga bagi mereka yang ditindas hak-asasinya.
Vaksinasi menurut Holzer adalah “pembantaian kimiawi dengan korban anak-anak.”
Holzer mengatakan warga Tyrol Selatan sangat sensitif dalam persoalan kesehatan dan lingkungan, sehingga jumlah anak yang tidak divaksinasi sangat tinggi di sana.
Bisa jadi pernyataan Holzer itu benar. Menurut laporan koran Italia Giornalettismo, warga Tyrol Selatan termasuk yang rendah tingkat vaksinasinya di negara itu, khususnya vaksinasi hepatitis B, tetanus dan campak.
Italia mengalami wabah campak tahun ini, yang mana menurut Kementerian Kesehatan awal bulan ini saja sudah ada 2.851 kasus yang dilaporkan. Sebanyak 89 persen orang yang terinfeksi tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya. Angka itu lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu yang hanya 220 kasus , dan 844 kasus sepanjang tahun 2016, menurut angka yang dikutip AFP.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), peningkatan tajam itu disebabkan menurunnya jumlah anak usia 2 tahun yang divaksinasi. Pada tahun 2013 sebanyak 88 persen anak usia itu divaksinasi, lalu turun menjadi 85,3 persen di tahun 2015. Kedua angka itu dibawah angka 95 persen yang dianjurkan WHO.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dari sudut pandang politik, wabah campak di Italia dituding merupakan kesalahan Gerakan Lima Bintang (M5S), yang mengkampanyekan anti vaksinasi dan berulang kali mengklaim ada hubungan antara vaksinasi dan autisme, leukimia, kanker serta penyakit alergi.
WHO mengatakan vaksinasi campak berhasil mencegah kematian sekitar 20,3 juta orang di seluruh dunia antara tahun 2000 dan 2015.*