Hidayatullah.com—Sebuah tindakan brutal militer dan Penjaga Perbatasan Polisi (BGP) Myanmar kepada penduduk etnis Rohingya di Kamp Pengungsi Rathedaung, menewaskan setidaknya 10 orang, demikian menurut sumber yang dapat dipercaya.
Kejahatan ‘tak terlukiskan’, terjadi di Jalur Desa Athet Nan Yar, di kamp pengungsi di Negara Bagian Arakan ini dikepung dan diserang pasukan gabungan -militer Myanmar, BGP dan ekstrimis Rakhine- pada Kamis (23/08/2017), pukul 03:00 dini hari.
Sementara pasukan militer mengelilingi desa, BGP dan kelompok ekstremis Rakhine memasuki rumah-rumah penduduk dengan melakukan pemeriksaan.
BGP memukul dan menangkap orang-orang yang mereka temui dan para ekstremis Rakhine ikut menjarah barang-barang emas, makanan, uang dan barang berharga dari penduduk desa dan para pengungsi Rohingya.
Baca: Tiga Gadis Rohingya Diperkosa Anggota Militer Myanmar, Satu Orang Kritis
Karena penyiksaan yang tidak manusiawi terhadap orang-orang Rohingya, delapan penduduk desa yang tidak bersalah termasuk Moulovi Azizurahman mengalami luka kritis dan mereka dibawa secara terpisah ke Pos BGP No. 22, yang terletak di Desa Zaydi Pyin dan NaTaLa, di mana ada di tempat itu ada pos penjaga BGP dan militer.
Tak hanya itu, wanita dan anak-anak secara fisik ikut dihina. Mereka dimina berdiri di bawah terik matahari dari pagi sampai siang hari.
Penganiayaan tanpa henti dan pelecehan oleh BGP, militer dan ekstrimis Rakhine menyebabkan seditnya 10 orang telah terbunuh, menurut penduduk desa dikutip laman rtvisiontv.com.
Baca: Militer Myanmar Lakukan Pemerkosaan terhadap Wanita Rohingya
Seorang tetua desa yang beruntung, Maung Ba Hla, yang sempat melarikan diri dari penangkapan sewenang-wenang diberitahu berulang kali bahwa beberapa penduduk desa berada dalam kondisi kritis yang membutuhkan pertolongan tapi dia tidak dapat berbuat apa-a-a karena takut aksi ekstremis Rakhine, anggota militer dan BGP.
“Kami memberi tahu Maung Bu Hla untuk membantu kami berkali-kali dan membawa mayat dari pihak berwenang yang sengaja berusaha menyembunyikannya,” ujar seorang perempuan yang tak mau disebut namanya.
Dia mengatakan, “Saya sangat takut dengan penangkapan BGP dan militer yang sewenang-wenang. Atau penyiksaan ekrismis Rakhine sampai mati. Tolong! Tinggalkan Aku Sendiri.”
Baca: PBB: Tentara Myanmar Lakukan Pembunuhan dan Perkosaan Secara Maasal Etnis Rohingya
Pasukan gabungan yang brutal menyerang desa dan Kamp pengungsi kembali pada pukul 5:00 pagi hari. Mereka telah membawa keluar semua pria, wanita dan anak-anak ke jalan dan menahan semua pria setelah menyerang dan menyiksanya.
Karena tidak bisa makan, tidur akibat aksi penyumbatan, kondisi mereka menjadi semakin buruk. Jika tak ada bantuan, kemungkinan dari mereka mungkin akan meninggal, kata penduduk setempat sambil menangis dengan nada berteriak.
Sementara itu, sedikitnya 3.500 Muslim Rohingya tinggal di Bangladesh sejak pihak berwenang Myanmar mengumumkan kembali pengiriman militer di Negara Bagian barat Rakhine, awal bulan ini.
Menurut pemimpin Rohingya, pengungsi tiba di kamp yang penuh sesak, di Cox s Bazar, dekat Sungai Naf, memisahkan antara kedua negara itu, karena takut terorisme di Yangon setelah pasukan keamanan mengerahkan 500 tentara di Rakhine tangga 10 Agustus lalu.*