Hidayatullah.com—Sumber awan radioaktif yang sempat melayang di langit Eropa awal bulan Oktober berasal dari Pegunungan Ural. Namun, lembaga nuklir Rusia bersikukuh membantah telah terjadi kebocoran radioaktif di wilayahnya.
Terdapat indikasi-indikasi lebih lanjut yang menunjukkan bahwa zat radioaktif isotop ruhtenium-106 dapat dilacak hingga ke tempat asalnya yaitu fasilitas nuklir Mayak, di kawasan Ural, lokasi di mana bahan bakar nuklir diproses ulang.
Lembaga meteorologi Rusia, Rosgidromet, hari Senin (20/11/2017), mengkonfirmasi bahwa pelepasan Ru-106 di bagian selatan Ural pada akhir September dan awal Oktober diklasifikasikan sebagai “kontaminasi yang sangat tinggi.”
Lembaga keselamatan nuklir Prancis IRSN melaporkan pada 9 November bahwa zat radioaktif di awan yang terdeteksi di Prancis antara 27 September dan 13 Oktober sepertinya berasal dari Rusia atau Kazakhstan.
¶ Eropa dihampiri awan mengandung polutan radioaktif
Di stasiun pengukuran Argayash, Rusia, hasil pengukuran tingkat radioaktifnya 986 kali lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya, kata Rosgidromet. Sementara di stasiun Novogorny, angkanya 440 lebih tinggi.
Pertengahan bulan Oktober lalu, badan nuklir Rusia Rosatom membantah ada fasilitasnya yang mengalami gangguan atau kecelakaan. Sekarang, bantahan itu diulanginya lagi.
Para pejabat di Mayak mengatakan dosis radiasinya 20.000 kali lebih kecil dibanding “dosis tahunan yang diperbolehkan,” dan oleh karenanya “tidak mengandung bahaya apapun bagi kesehatan dan kehidupan manusia.”
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Selasa (21/11/2017), kelompok peduli lingkungan Greenpeace menuntut dilakukannya penyelidikan menyeluruh atas kemungkinan “penyembunyian insiden nuklir” dan resikonya terhadap kesehatan publik, lapor Deutsche Welle.
Mayak merupakan lokasi terjadinya bencana Kyshtym tahun 1957, yaitu kecelakaan nuklir terparah ketiga di dunia yang pernah tercatat.*