Hidayatullah.com—China mengumumkan rencana pembangunan jalur pelayaran melalui laut di kawasan Arktik sebagai Jalur Sutera Kutub.
Beijing mengatakan pemanasan global berarti rute pelayaran melewati Arktik akan semakin penting bagi perdagangan internasional.
Beijing mengatakan China akan bekerja sama dengan Rusia dan negara-negara di kawasan itu untuk membangun Jalur Sutera Kutub.
Belt and Road Initiative berbiaya 1 tiliun yuan, yang digagas Presiden Xi Jinping, berupaya membangkitkan kembali infrastruktur pelabuhan, jalan dan rel kereta di kawasan Eurasia, dan menempatkan China sebagai titik pusatnya.
Dampaknya yang ditakuti oleh sebagian pihak, pemanasan global justru dimanfaatkan oleh sebagian pihak lain untuk mengiatkan aktivitas perdagangan. Bulan Agusuts 2017, sebuah kapal tanker Rusia berlayar dari Norwegia menuju Korea Selatan tanpa menggunakan bantuan kapal pemecah es untuk pertama kalinya.
Beijing mengatakan hak setiap negara untuk menggunakan kawasan Arktik sebagai rute perdagangan harus dipastikan.
Rute perdagangan baru itu nantinya diharapkan bisa mempersingkat 20 hari dari 48 hari pelayaran, yang dibutuhkan saat ini, untuk mengarungi laut dari Rotterdam menuju China lewat Terusan Suez.
Ketakutan bahwa China akan merusak lingkungan hidup di kawasan Kutub Utara “sama sekali tidak perlu”, kata Wakil Menlu Kong Xuanyou seperti dilansir Reuters (26/1/2018).
Menurut Beijing, China tertarik dengan potensi minyak dan gas, mineral, perikanan dan sumber daya alam lain di kawasan itu.*