Hidayatullah.com–Presiden Abdul Fattah al-Sisi telah terpilih untuk masa jabatan yang kedua dengan 92 persen suara, media pemerintah Mesir melaporkan pada Kamis menyebut itu masih hasil awal.
Sekitar 23 juta dari 60 juta pemilih berpartisipasi dalam tiga hari Pemilu yang berakhir pada Rabu, kutip harian pemerintah al-Ahram dan Akhbar el-Youm, dan kantor berita MENA melaporkan.
Menurut al-Ahram, dua juta pemilih merusak surat suara mereka, dengan menuliskan nama-nama kandidat yang tidak termasuk diantara dua yang disetujui.
Al Sisi sudah diprediksi menang, setelah kandidat lainnya ditangkap terlebih dahulu dan dihancurkan reputasinya.
Satu-satunya lawan al Sisi, Moussa Mostafa Moussa, seorang pendukung Sisi, memperoleh 721.000 suara, kutip al-Youm dan al-Ahram melaporkan.
Moussa mengakui kekalahannya pada malam Rabu, mengatakan pada sebuah stasiun televisi bahwa dia berharap mendapatkan 10 persen suara.
“Namun saya tahu popularitas besar Presiden Sisi,” katanya.
Komisi pemilihan menyerukan panggilan terakhir agar orang-orang berpartisipasi, dengan harapan mendorong jumlah orang-orang yang berpatisipasi dalam Pemilu yang dianggap Sisi penting untuk mensahkan kemenangannya. Tetapi tingkat partisipasi yang kurang dari 50 persen akan dilihat sebagai sebuah kekecewaan.
Otoritas berupaya mendorong jumlah partisipasi yang lebih tinggi, memberikan para pemilih 50 hingga 100 pound Mesir ($3 – $5), atau bahkan sekotak makanan atau tiket taman hiburan.
Di Kairo, dua kampanye — “Demi kecintaan pada Mesir” dan “Kami semua bersamamu demi Mesir”– yang didukung oleh Kementrian Pemuda dan Dukungan Koalisi Mesir, mayoritas parlemen.
Langkah itu, bertujuan untuk mendorong orang-orang untuk memilih, berhasil menarik sejumlah besar sukarelawan.
Marianne, seorang sukarelawan muda, mengatakan: “Kita sedang berada dalam masa perang. Kita seharusnya berada di halaman yang sama. Anda tidak bisa hanya datang dan mengatakan kita harus berfokus pada hak buruh atau hal semacam itu.
“Tidak ada waktu untuk oposisi atau perbedaan opini.”
Seorang akuntan berumur 24 tahun di distrik kelas menengah Kairo mengatakan pada Middle East Eye bahwa dia agak kecewa karena banyak orang tua yang berpartisipasi dalam “pemilihan pura-pura ini”.
“Saya tahu mereka peduli pada negara itu, tetapi mereka sebenarnya memperburuknya dengan berpartisipasi dalam pemilihan ini,” kata Sherif. “Kita semua tahu bahwa tidak ada pemilihan; kita sedang dipimpin oleh seorang bertangan besi, dan itu saja. Tidak ada harapan.
“Ketika orang-orang tua memilih dalam pemilihan palsu ini, mereka akan ikut dalam semua penderitaan kita di bawah rezim.”
Setelah empat tahun menyaksikan penindasan terhadap protes dan gerakan sosial, banyak rakyat Mesir mengatakan pada Middle East Eye bahwa mereka tidak melihat inti dari sebuah pemilihan yang telah sejak lama diselesaikan.*/Nashirul Haq AR