Hidayatullah.com—Pemimpin Republik Chechnya Ramzan Kadyrov memerintahkan tes DNA menyeluruh di negaranya guna membantu mengidentifikasi dan memulangkan anak-anak yang dibawa ke ‘wilayah pendudukan teroris’ di Timur Tengah.
“Kami sekarang sedang aktif bekerja guna memastikan nasib warganegara Rusia –perempuan dan anak-anak– yang terpuruk di Iraq dan Suriah, dan membantu kepulangan mereka. Saat ini, guna memastikan pemulangan dengan selamat anak-anak Rusia yang dilahirkan di negara-negara Timur Tengah, saya telah memerintahkan pengumpulan materi-materi tes DNA,” kata Ramzan Kadyrov di media sosial populer Rusia, Vkontakte seperti dilansir RT Senin (28/5/2018).
“[Tes DNA] ini tidak hanya menentukan siapa kerabat si anak, tetapi juga membantu agar anak-anak tersebut mendapatkan status kewarganegaraan Rusia,” imbuh pemimpin Chechnya, negara republik yang tergabung dalam Federasi Rusia.
Dalam akunnya di Vkontakte, Kadyrov juga menulis bahwa utusan khusus Chechnya untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, Ziyad Sabsabi, telah mencapai kesepakatan dengan Iraq bahwa semua kasus di pengadilan yang menyangkut warganegara Rusia akan ditangani oleh hakim yang sama. Hal tersebut diharapkan dapat mempercepat proses kasus dan memungkinkan anak-anak berkewarganegaraan Rusia dipulangkan.
Pada bulan April, pengadilan di Iraq menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup atas 19 warganegara Rusia –semuanya wanita– karena terlibat dengan kelompok ISIS alias Daesh. Kebanyakan dari terpidana itu memprotes keputusan pengadilan, dengan mengatakan bahwa mereka dibawa ke wilayah-wilayah ISIS di Iraq secara paksa oleh suami-suami mereka. Kebanyakan dari para wanita itu mendekam di penjara bersama anak-anak mereka yang masih kecil, yang dapat dianggap sebagai warganegara Rusia berdasarkan status WN ibunya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Akhir April lalu, anggota Dewan HAM Chechnya Heda Saratova mengatakan kepada para reporter bahwa dia dan kolega-koleganya sudah mencapai kesepakatan dengan otoritas di Iraq agar anak-anak itu bisa dibawa pulang ke Rusia.*