Hidayatullah.com—Ribuan orang di Swedia memasang chip berukuran sangat kecil ke bawah kulit tubuhnya dengan tujuan memudahkan mereka sehingga tidak perlu lagi membawa beraneka ragam kartu seperti kartu identitas, kartu anggota klub kebugaran, dan kartu pegawai ketika bekerja.
Menurut laporan AFP, sekitar 3.000 warga Swedia telah memasang chip mikro ke dalam tubuhnya selama tiga tahun terakhir.
Perangkat elektronik itu hanya berukuran kira-kira sebutir beras dan dipasang di punggung tangan dengan bantuan jarum suntik.
“Teknologi ini luar biasa nyaman,” kata Ben Libberton, seorang pakar mikrobiologi yang bekerja untuk MAX IV Laboratory kepada Euronews Jumat (31/5/2018).
Banyak pegawai yang menggunakannya untuk bisa masuk ke tempat kerja, sebagai kartu anggota klub kebugaran, membeli tiket kereta dan bahkan membeli makanan dari mesin penjual otomatis.
Dalam setahun, sekitar 130 penumpang menggunakan jasa kereta nasional Swedia untuk memesan tiket.
Namun, tindakan itu bukannya tanpa risiko.
Libberton mengatakan bahwa sekali orang mengimplan chip mungil itu ke dalam tubuhnya berarti dia menyerahkan seluruh data pribadinya.
“Masalah besarnya adalah cara penanganan data, yang akan menjadi masalah kemudian adalah bagaimana data itu disimpan … jika data itu tidak aman, seseorang dapat mencuri data Anda begitu data tersebut diberikan, dan sulit untuk mendapatkannya kembali,” kata Libberton.
Dia juga memperingatkan bahwa seseorang bisa jadi menyerahkan semua data pribadinya tanpa disadari ketika mereka menandatangani pernyataan syarat dan ketentuan.
Meskipun demikian, di Swedia teknologi microchip ini sudah sangat populer di Swedia. Sejumlah perusahaan bahkan dikabarkan menggelar pesta implan microchip untuk pegawainya.
Epicenter, sebuah pusat digital di Stockholm yang menampung lebih dari 300 lab perusahaan rintisan untuk perusahaan yang lebih besar, menggalakkan penggunaan chip tersebut di kalangan pekerjanya beberapa tahun terakhir.
Salah satu alasan kenapa microchip sangat populer di Swedia adalah “karena negara itu relatif kecil, kebanyakan penduduknya memiliki kepercayaan diri tinggi dan juga mempercayai otoritas di sana,” kata Libberton.*