Hidayatullah.com—Sebuah laporan awal menunjukkan bahwa insinyur Ethiopia yang memimpin pembangunan bendungan raksasa di aliran Sungai Nil Biru, Simegnew Bekele, merenggut nyawanya sendiri.
“Kematiannya merupakan bunuh diri,” kata polisi dalam konferensi pers seperti dikutip BBC dari laporan Fana Broadcasting Corporate Jumat (7/9/2018).
Jasad Simegnew Bekele ditemukan dalam sebuah mobil yang terparkir di Meskel Square, pusat keramaian di ibukota Addis Ababa pada 26 Juli. Sebuah pistol ditemukan di dalam kendaraan tersebut.
Kabar kematiannya menimbulkan ketakutan di kalangan rakyat Ethiopia kalau-kalau dia dibunuh oleh pihak yang tidak menyetujui pembangunan dam.
Meskipun demikian, polisi mengatakan investigasi lebih lanjut perihal kematian insinyur senior Ethiopia itu masih berlanjut.
Ribuan Orang Hadiri Pemakaman Insinyur Dam Ethiopia yang Dibunuh
Simegnew Bekele ditunjuk sebagai manajer Grand Renaissance Dam (GERD) sejak proyek itu diluncurkan pada 2011.
Bendungan tersebut, yang dibangun di kawasan Benishangul-Gumuz yang berbatasan dengan Sudan, dirancang untuk dapat menyediakan listrik hingga 6.000 megawatt, menurut pemerintah Ethiopia. Itu setara dengan listrik yang dihasilkan oleh sedikitnya 3 pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
GERD merupakan bagian dari investasi sebesar $12 miliar yang diharapkan pemerintah Ethiopia dapat menggelembungkan pasokan energi listrik bagi rakyat.
PLTA tersebut akan menggunakan air dari Sungai Nil Biru, satu dari dua sungai besar yang menjadi penyedia utama air Sungai Nil yang bermuara di bagian utara Mesir di Laut Tengah (Mediterania).
Mesir menentang pembangunan bendungan itu dengan alasan melanggar perjanjian yang pernah dibuat pada era kolonial, yang memberikan hak Mesir 90% dalam penguasaan air Sungai Nil. Mesir memiliki bendungan raksasa Aswan, yang berfungsi sebagai pengendali aliran sungai sekaligus PLTA. Bendungan Aswan sepenuhnya mengandalkan debit air dan arus deras Sungai Nil untuk menghasilkan listrik bagi rakyat Mesir.*