Hidayatullah.com—Sebuah restoran di Amerika Serikat menggunakan mariyuana atau ganja sebagai bahan sedatif sebelum membunuh lobster-lobster yang akan diolahnya menjadi masakan.
Restoran Charlotte’s Legendary Lobster Pound mengatakan bahwa proses itu lebih manusiawi sebab lobster menjadi tidak terlalu merasakan sakit sebelum dibunuh.
Cara memasak lobster dengan langsung menceburkannya ke dalam air mendidih , dipandang sebagian kalangan terlalu kejam.
Para pelanggan restoran yang terletak di Maine itu dapat memilih apakah mereka ingin lobsternya dibuat lemas terlebih dahulu dengan mariyuana atau tidak.
Pemilik restoran tersebut, Charlotte Gill, mengatakan bahwa mengkonsumsi lobster yang diberi ganja sebaga obat penenang tidak akan menjadikan pelanggannya teler akibat narkotika itu. Menurutnya, penggunaan kanabis pada lobster justru menjadikan kualitas dagingnya lebih baik, sebab hewan tersebut lebih rileks ketika mati.
“Jika kita harus merenggut satu nyawa kita memiliki tanggung jawab untuk melakukannya secara semanusiawi mungkin,” kata Gill kepada koran lokal Mount Desert Islander seperti dikutip BBC Kamis (20/9/2018). “Perbedaan yang diakibatkannya pada daging (lobster) itu sendiri di luar dugaan.”
Hukum perihal ganja berbeda-beda di masing-masing negara bagian Amerika Serikat. Sembilan dari lima puluh negara bagian di AS dan Washington DC sudah melegalkannya. Ganja merupakan narkotika legal di wilayah Maine, dan Charlotte Gill memiliki izin untuk menanam dan memasok herba narkotika itu untuk kepentingan medis.
Ada bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa hewan krustasea (udang-udangan) itu juga dapat merasakan sakit. Demikian pula hewan-hewan invertebrata seperti crayfish dan kepiting.
Pada bulan Januari, negara Swiss memutuskan bahwa lobster harus dibuat pingsan terlebih dahulu sebelum dimasak.*