Hidayatullah.com—Sekitar 8.000 warga kota Roma turun ke jalan, hari Sabtu (27/10/2018), guna memprotes keadaan kota mereka yang dinilai mengalami kemunduran di bawah kepemimpinan Wali Kota Virginia Raggi.
“Warga Roma mengatakan cukup sudah!” demikian tulisan yang tertera di salah satu spanduk yang diusung pengunjuk rasa. Mereka marah karena di ibukota Italia banyak jalan yang berlubang, pekerjaan konstruksi yang mangkrak, tempat-tempat sampah meluber karena lambat dikosongkan, pepohonan tumbang di taman-taman kota yang tak terawat, serta lambatnya pelayanan publik. Tidak hanya itu, warga juga marah karena infrastruktur publik banyak yang tidak dirawat dan kota semakin rawan tindak kejahatan.
Ketidakberesan di kota Roma pekan lalu menjadi sorotan publik internasional, setelah eskalator di sebuah stasiun kereta ambruk dan melukai 20 orang, yang kebanyakan adalah penggemar tim sepakbola Rusia.
“Mundur, mundur!” teriak para demonstran mendesak Virginia Raggi mundur dari jabatannya sebagai wali kota Roma. Di bawah kepemimpinannya, kota yang sudah eksis berabad-abad itu dinilai semakin memburuk.
Virginia Raggi menjadi kepala berita di tahun 2016, setelah menjadi wanita pertama yang terpilih menjadi wali kota Roma. Tidak hanya itu, dia adalah politisi pertama dari Gerakan Bintang Lima (M5S) yang terpilih untuk menduduki jabatan publik.
Sejak itu, partai populis tersebut semakin cemerlang namanya di dunia perpolitikan Italia. Mereka diikutsertakan dalam pemerintahan koalisi Italia setelah menang pemilu nasional musim semi lalu.
Pengunjuk rasa juga marah dengan situasi keamanan Roma menyusul kematian remaja putri bernama Desiree Mariottini pada 19 Oktober. Sebelum dihabisi nyawanya, gadis itu diberi minuman yang sudah dicampur obat dan diperkosa oleh sedikitnya dua orang laki-laki. Mayatnya kemudian dicampakkan begitu saja di sebuah bangunan kosong di distrik San Lorenzo.
Setelah peristiwa mengerikan itu, Raggi memberlakukan larangan menyajikan dan mengkonsumsi minuman beralkohol dia atas jam 9 malam di distrik tersebut.
“Berapa banyak Desiree lagi yang harus mati sebelum Anda memberlakukan larangan minuman beralkohol di seluruh kota ini,” teriak pengunjuk rasa, seperti dilansir DW.
Sejumlah politisi lokal mengamini tuntutan warga.
“Wali kota harus mundur, bukan karena tindak kriminal yang terjadi, tetapi karena ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas,” kata Ketua Dewan Kota Roma Sabrina Alfonsi.
Unjuk rasa hari Sabtu itu diselenggarakan oleh kelompok yang menamakan dirinya “Semua untuk Roma, Roma untuk Semua”, yang memiliki 22.000 anggota di Facebook.*