Hidayatullah.com–Orang-orang yang siap berperan sebagai Sinterklas di toko-toko atau pasar Natal, bahkan meskipun dibayar, semakin sedikit di Jerman.
Willi Dahmen, pemilik agensi perekrut Sinterklas di kota Celle, hari Rabu (12/12/2018) mengatakan kepada DW bahwa dia dan agen-agen perekrut lainnya kesulitan mendapatkan orang yang bersedia berperan sebagai Sinterklas.
Dahmen mengatakan salah satu penyebabnya adalah banyak orang muda yang tidak mau mengorbankan akhir pekan atau hari liburnya untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Dia juga mengeluhkan fakta bahwa banyak orang yang bersedia berperan menjadi Sinterklas tidak memiliki ketrampilan yang baik dan kostum yang dipakai terlihat murahan, sehingga sulit disukai anak-anak.
Di agensinya, calon Sinterklas mendapatkan pelatihan selama 4-5 jam. Mereka dilatih bagaimana berperan menjadi Sinterklas yang mumpuni, termasuk perihal larangan merokok dan bermain ponsel selama bertugas. Mereka juga belajar lagu-lagu Natal dan puisi, kalau-kalau ada yang memintanya untuk bernyanyi.
Menurut Dahmen, Sinterklas harus mampu berkomunikasi dengan anak-anak, menyampaikan keinginan orangtua agar anaknya berperilaku lebih baik tanpa membuat mereka ketakutan.
Sementara itu di Berlin, organisasi layanan mahasiswa mengumumkan lewat websitenya bahwa mereka berhenti merekrut Sinterklas karena kurangnya peminat yang mendaftar. Padahal di ibukota Jerman itu upah Sinterklas cukup menggiurkan, €500 (sekitar 8,5 juta rupiah) pada malam Natal, kata jubir Jana Judisch kepada kantor berita DPA.
Selain kekurangan Sinterklas, Jerman juga kekurangan tenaga kerja terampil.*