Hidayatullah.com—Ribuan orang di berbagai kota di Aljazair hari Jumat (1/3/2019) menyeru Presiden Abdelaziz Bouteflika agar segera meletakkan jabatan.
Dilansir Reuters, unjuk rasa pada umumnya berjalan damai, tetapi pada petang hari ketika mereka akan bubar terjadi bentrokan di ibukota Aljiers antara polisi dan pengunjuk rasa dekat istana kepresidenan, kata para saksi.
Satu orang meninggal dunia, menurut seorang pejabat lokal. Media setempat mengatakan yang meninggal dunia itu adalah seorang pria berusia 60 tahun yang mengalami serangan jantung.
Beberapa pengunjuk rasa dan polisi terluka dalam bentrokan di ibukota, lapor stasiun televisi pemerintah. Situs berita online TSA menyebut jumlah orang yang terluka 63, mengutip keterangan resmi. Sebanyak 45 orang dikabarkan ditahan.
Orang muda dan tua membanjiri jalan-jalan di Tunisia usai shalat Jumat seraya meneriakkan kata-kata “Selamat tinggal Bouteflika!” dan “Damai! Damai!” Banyak orang yang menyelimuti badannya dengan bendera nasional Aljazair, membawa plakat dan spanduk.
Demonstrasi berskala besar –yang tergolong jarang sekali terjadi di Aljzair– menentang rencana pencalonan kembali Bouteflika sebagai presiden untuk perode kelima pada pemilu April dimulai sejak sepekan lalu. Namun, unjuk rasa hari Jumat itu bukan yang terbesar.
Bouteflika, yang memasuki usia 82 tahun pada hari Sabtu, mengalami stroke pada tahun 2013 dan sejak itu jarang tampil di muka publik. Pencalonan dirinya kembali untuk periode kelima membuat banyak orang terkejut, sebab mereka meyakini Bouteflika tidak cukup sehat untuk memimpin Aljazair.
“Lihatlah kaum muda Aljazair, mereka semua menuntut seorang presiden valid yang dapat berbicara dengan rakyat,” kata Hamdane Salim, 45, seorang pegawai negeri.
“Dua puluh tahun sudah cukup,” kata Khadidja, seorang wanita yang turun ke jalan ditemani suami dan anak-anaknya.
Di antara kerumunan orang ada Djamila Bouhired, 83, seorang wanita pahlawan perang kemerdekaan 1954-1962 melawan Prancis, yang mengatakan kepada para reporter, “Saya bahagia berada di sini.”
Bouteflika sampai saat ini belum menaggapi unjuk rasa yang dilakukan rakyatnya. Pihak berwenang pekan lau mengatakan dia akan bepergian ke Jenewa untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, meskipun demikian tidak akan konfirmasi resmi perihal perjalannya itu.*