Hidayatullah.com– Dunia bereaksi mengomentari cuitan Presiden AS Donald Trump yang menyerukan “mengakui sepenuhnya Kedaulatan ‘Israel’ atas Dataran Tinggi Golan”.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasimi mengungkapkan dalam sebuah pernyataan bahwa rezim ‘Israel’ tak memiliki hak atas tanah Arab dan Muslim.
“‘Israel’ harus segera mengakhiri upaya penjajahan dan pelanggaran,” ungkap Qasimi dikutip Anadolu.
“Keputusan (AS) ini akan mengarah pada krisis baru di wilayah yang memang sudah rentan. Zona ini diakui sebagai wilayah pendudukan dalam resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB),” lanjut pernyataan Kemlu Iran itu.
Juru bicara Maria Zakharova mengatakan: “Rusia tidak akan mengubah sikap.”
Resolusi Dewan Keamanan PBB 497 tahun 1981 menegaskan kembali Dataran Tinggi Golan merupakan milik Suriah, kenang dia.
“Penilaian kami tentang ilegalitas keputusan ‘Israel’ untuk memperluas kedaulatannya ke Dataran Tinggi Golan, yang diadopsi sebagai hukum dasar pada 1981, tetap tidak berubah. Mengubah status Dataran Tinggi Golan tanpa Dewan Keamanan adalah pelanggaran langsung terhadap keputusan PBB,” katanya kepada Anadolu kutip INI-Net.
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato pada pertemuan darurat Komite Eksekutif di tingkat Menteri Luar Negeri Organisasi Kerjasama Islam.
Erdogan mengungkapkan Turki tak akan pernah melegitimasi pendudukan ‘Israel’ di Dataran Tinggi Golan.
“Pernyataan tak pantas oleh Presiden Amerika Serikat tentang Dataran Tinggi Golan telah mendorong kawasan itu ke jurang krisis baru, ketegangan baru,” kata Erdogan.
Presiden Erdogan mengatakan OKI tak akan berpangku tangan menyaksikan insiden yang mengancam masa depan kemanusiaan dan dunia Islam.
“Saya ingin menegaskan kembali bahwa kami juga turut merasakan penderitaan saudara-saudara Selandia Baru kami setelah serangan teroris itu,” ungkap Erdogan.
Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Saeb Erekat, Kamis (21/02/2019) mengecam Presiden AS Donald Trump atas seruannya agar AS secara resmi mengakui kedaulatan ‘Israel’ atas Dataran Tinggi Golan.
Baca: Trump Akan Akui Pencaplokan Dataran Tinggi Golan oleh ‘Israel’
Dalam sebuah tweet, Erekat mengklaim langkah itu akan menghasilkan “destabilisasi dan pertumpahan darah” regional.
“Kemarin presiden Trump mengakui Baitul Maqdis (Jerusalem) sebagai ibu kota ‘Israel’. Hari ini untuk stabilitas regional ia ingin memastikan bahwa Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki berada di bawah kedaulatan ‘Israel’. Apa yang akan ia bawa besok? Destabilisasi dan pertumpahan darah di wilayah kami,” tulisnya.
Sebelumnya Presiden AS Donald Trump menyatakan, “Setelah 52 tahun, saatnya bagi Amerika Serikat untuk sepenuhnya mengakui kedaulatan ‘Israel’ atas Dataran Tinggi Golan.”
Dataran tinggi sengketa tersebut direbut oleh ‘Israel’ dalam Perang Timur Tengah 1967 dan dicaplok pada 1981, dalam tindakan yang tidak diakui oleh masyarakat internasional. Netanyahu telah mendesak Amerika Serikat agar mengakui klaimnya dan meningkatkan kemungkinan mendapatkan pengakuan itu dalam pertemuan pertamanya di Gedung Putih dengan Trump pada Februari 2017.
Tindakan Trump tersebut tampak sebagai yang paling terbuka untuk membantu Netanyahu, yang terlibat persaingan ketat untuk pemilihan umum 9 April, saat ia menghadapi tuduhan korupsi –yang ia bantah.
Netanyahu dijadwalkan tiba di Washington pekan depan untuk bertemu dengan Trump dan berpidato di Komite Urusan Masyarakat ‘Israel’-Amerika, atau kelompok lobi AIPAC.*