Hidayatullah.com–Pemerintah Mesir telah mencegah keluarga mantan Presiden pertama Mesir yang dipilih secara demokratis, Mohamad Morsi (Mohamad Mursi) menerima pelayat, kata putra Morsi sebagaimana dikutip Anadolu Agency, hari Rabu.
Dr Mohamad Morsi (67), meninggal pada hari Senin setelah pingsan dan mengalami koma di pengadilan Mesir yang kedap suara selama persidangannya atas tuduhan “spionase”.
“Mereka melarang orang untuk melakukan doa pemakaman untuk Anda [Morsi] dan mencegah kami membangun rumah duka untuk Anda,” kata Abdullah Morsi melalaui akun Twitter-nya.
“Bahkan di rumah keluarga kami tidak diizinkan menerima pelayat,” tambahnya.
Pihak berwenang Mesir belum mengomentari klaim putra Morsi.
Namun, para pendukung Morsi mengkonfirmasi melalui media sosial tentang adanya pembatasan keamanan di sekitar tempat tinggal keluarga Morsi yang membuatnya tidak mungkin untuk mencapai di sana.
Baca: Ribuan Orang di Belahan Dunia Shalat Jenazah untuk Morsi
Morsi, anggota terkemuka gerakan Ikhwanul Muslimin, yang paling ditakuti penguasa Mesir itu.,
Sebelumnya, Tim pengacara Morsi hari mengatakan keluarga bekas presiden terpilih itu menghadiri pemakaman yang berlangsung Selasa pagi yang hanya dihadiri keluarga dan beberapa tokoh Ikhwan.
“Dia dimakamkan di Madinat Nasri, sebelah timur Kairo, dihadiri keluarganya,” kata Abdul Munim Abdul Maksud, dilansir laman Time, Selasa (18/6).
Putra Morsi, Ahmad Morsi dalam laman Facebooknya mengatakan ayahnya dikuburkan di pemakaman yang sama dengan para senior Ikhwanul Muslimin.
Menurut dia, pemakaman Morsi dilakukan di Pemakaman Umum Al Wafaa al Amal di Madinat Nasr karena pemerintah menolak permohonan keluarga untuk menguburkan dia di kampung halamannya di Sharqiya di dekat Sungai Nil.
“Kami memandikan jasadnya di rumah sakit penjara Tora, kemudian menyalatkannya di rumah sakit penjara dan pemakamannya dipandu oleh pemimpin spiritual Ikhwanul Muslimin,” tulis Ahmad.
Proses pemakaman dimulai pukul 05.00 waktu setempat (0300GGMT) di Kota Nasr, timur Kairo, dengan penjagaan ketat aparat.
Menurut informasi yang beredar di media sosial, anggota keluarga Morsi yang hadir di sana adalah saudara laki-laki, putra, dan istrinya saja.
Baca: Milisi Pejuang Pembebasan Palestina Berduka atas Kepergian Presiden Morsi
Mohammad Morsi memenangkan pemilihan presiden pertama secara demokratis di Mesir pada 2012.
Namun, setelah hanya satu tahun menjabat, ia digulingkan dan dipenjara dalam kudeta militer berdarah dipimpin oleh Menteri Pertahanan saat itu yang saat ini menjadi presiden Mesir, Presiden Abdul-Fattah al-Sisi.
Pada saat kematiannya, mantan presiden Mesir yang pernah bekerja di NASA itu menghadapi sejumlah tuntutan hukum, yang menurut sejumlah kelompok hak asasi manusia dan pengamat independen, lebih bermotiv politis.
Akibatnya, lusinan pendukung Morsi berdemonstrasi di kampung halamannya di Al Edwa di Provinsi timur Sungai Nil.
TV Al-Watan yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, yang menyiarkan dari luar negeri, melaporkan “demonstrasi massa terjadi setelah shalat ghaib dilakukan secara in absentia oleh orang-orang di desa Morsi berasal.”
Al-Watan menunjukkan foto-foto protes di tengah laporan tentang kedatangan pasukan keamanan untuk “menekan” protes.*