Hidayatullah.com—Sampai 700 migran dari Asia dan Timur Tengah yang tidur menggelandang di kota Bihac, Bosnia, telah dipindahkan ke sebuah kamp yang berada di bekas tempat pembuangan sampah (TPS) dekat perbatasan dengan Kroasia.
Dilaporkan Reuters, beberapa puluh tenda putih yang baru didirikan tampak hari Rabu (19/6/2019) di sebuah lapangan rumput yang dikelilingi pepohonan dan semak serta dijaga polisi. Di bawah terik matahari yang menyengat, para migran berbaris untuk mengambil jatah makanan dan antri mengguna kran air untuk membersihkan badan dan bercukur.
“Ini bukan kamp,” kata Mohammed Jamil asal Pakistan. “Di sini hanya ada tenda, tidak ada fasilitas apa-apa, tidak ada toilet, tidak ada makanan layak.”
Lembaga-lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa mengkritik Bosnia karena tidak menyediakan fasilitas sanitasi di kamp Vucjak tersebut dan karena pemilihan lokasinya yang banyak ranjau peninggalan era perang 1990-an.
Para migran yang dipindahkan dari Bihac juga mengeluhkan kondisi kamp baru yang terisolasi dan banyak sarang ular. Di Bihac mereka bisa mendapatkan akses ke toko, apotek dan internet.
Pihak berwenang Bosnia beralasan para migran dipindahkan dari Bihac karena di kota itu mereka tidur menggelandang, di bangunan-bangunan tak terpakai yang berisiko terhadap keamanan dan kesehatan.
Sekitar 25.000 migran dan pengungsi memasuki negara di Balkan itu dari Serbia dan Montenegro tahun lalu, dan sekitar 9.000 orang tahun ini saja. Kurang lebih ada 6.000 migran yang bertahan di Bihac dan Velika Kladusa dekat perbatasan Kroasia. Namun, hanya sekitar 3.500 dari mereka yang ditampung di empat pusat transit yang terdapat di sana, sisanya tidur menggelandang di mana saja.
Bosnia bukanlah termasuk negara Eropa yang menjadi tujuan utama para migran dan pengungsi asal Afrika, Asia dan Timur Tengah yang membanjiri Eropa sejak beberapa tahun lalu. Negara itu hanya dijadikan tempat lewat atau transit oleh para migran dan pengungsi.
“Kami tidak ingin tinggal di sini, kami ingin pergi ke Italia atau Jerman,” kata Mohammad Jamil yang berusia 52 tahun.
Mohammed Ahmad, 25, yang juga berasal dari Pakistan, mengatakan bahwa polisi memperlakukan para migran dengan buruk, padahal hanya segelintir orang saja dari mereka yang mencoba berbuat onar.
Selam Midjic, sekretaris dari Palang Merah setempat, yang membagikan tenda, makanan, pakaian, dan barang kebutuhan higiene kepada para migran, mengatakan bahwa situasi di Vucjak dari hari ke hari terus membaik.*