Hidayatullah.com–Sogyal Lakar, seorang guru Buddhis Tibet yang dituduh banyak melakukan kekerasan fisik dan seksual dikabarkan telah meninggal dunia pada usia 72 tahun.
Lakar, yang lebih dikenal dengan sebutan Sogyal Rinpoche, menjual jutaa buku dan dipandang luas sebagai guru Buddhis Tibet paling terkenal kedua setelah Dalai Lama.
Meskipun demikian, namanya juga disebut sebagai pelaku kekerasan fisik dan seksual terhadap para pengikutnya. Akan tetapi, dia tidak pernah dinyatakan bersalah atas tuduhan-tuduhan itu, meskipun ada hasil penyelidikan sebuah komisi yang menyimpulkan memang ada sejumlah pengikutnya yang dicabuli olehnya.
Sebuah pernyataan di laman Facebook-nya mengatakan bahwa Lakar meninggal dunia hari Rabu (28/8/2019) di Thailand setelah mengalami pulmonary embolism. Sebelum kematiannya dia mendapatkan perawatan untuk mengobati kanker usus besar.
Dilahirkan di Tibet pada 1947, Lakar diyakini banyak pengikut ajaran Buddhis Tibet sebagai reinkarnasi Tertön Sogyal Lerab Lingpa, seorang guru dari Dalai Lama XIII.
Dia mengambil studi perbandingan agama di Universitas Cambridge dan menggaet banyak pengikut. Bukunya “The Tibetan Book of Living and Dying” terjual lebih dari 3 juta kopi.
Popularitasnya diiringi dengan banyak tuduhan kekerasan fisik dan seksual terhadap pengikutnya.
Pada tahin 1994, seorang wanita menggugat Lakar $10 juta atas kekerasan seksual, mental dan fisik yang dilakukan rohaniwan Buddhis itu terhadap dirinya. Kasus itu diselesaikan di luar pengadilan dengan uang damai.
Dua tahun lalu muncul sejumlah tuduhan serupa.
Sebuah tim investigasi independen yang dipimpin seorang pengacara yang ditugaskan oleh Rigpa, organisasi Buddhis yang didirikan Lakar, mendapati bahwa guru spiritual Buddhis aliran Tibet itu sudah melakukan banyak tindak kekerasan serius.
Laporan penyelidikan itu menyebutkan bahwa sejumlah pengikut Lakar mengalami kekerasan fisik, seksual dan mental oleh guru mereka tersebut. Tidak hanya itu, anggota senior kelompoknya bersikap diam meskipun mengetahui kebejatan dan kebengisan guru Buddhis Tibet tersebut.
Meskipun banyak bermunculan tuduhan terhadap Lakar, tetapi banyak pengikutnya yang masih setia.
“Saya tahu dia akan terus membimbing kita dengan kebijaksanaannya dan yang paling penting cintanya,” tulis seorang pengikut di laman Facebook menanggapi kabar kematiannya, seperti dikutip BBC.
Namun Mary Finnigan, yang membantu Lakar meluncurkan karirnya di London pada tahun 1970-an dan belum lama ini ikut menulis buku “Sex and Violence in Tibetan Buddhism”, mengatakan kepada BBC bahwa Lakar adalah seorang “pria kharismatik sekaligus pemimpin sekte yang keji.”
“Saya bersimpati kepada mereka yang meratapi kematiannya, tetapi harus saya katakan bahwa kematiannya tidak mengubah perasaan saya tentang kehidupannya,” kata Finnigan.
“Dia menyalahgunakan sebuah tradisi spiritual kuno guna memuaskan nafsunya akan kekuasaan, uang dan seks,” tegas wanita yang sejak lama mengenal Lakar itu.*