Hidayatullah.com–Di Namibia banyak anak perempuan dan wanita tidak mampu membeli pembalut untuk dipakai saat menstruasi.
Sebagai gantinya mereka menggunakan matras, kain bekas dan bahkan kertas koran sebagai penadah darah haid.
Namasiku pertama kali mengalami menstruasi di usia 12 tahun. “Saya mengira saya mengalami radang atau terluka,” ujarnya seperti dikutip BBC Kamis (29/8/2019).
Ibunya tak sanggup membelikan Namasiku pembalut, sehingga terpaksa mencari cara lain. Anak gadisnya itu diberi suntikan kontrasepsi.
“Saya mendorong anak perempuan saya untuk menggunakan metode kontrasepsi. Saya yang biasanya mengantarkannya [ke klinik],” kata ibu Namasiku.
Sekolah tempat Namasiku menuntut ilmu sekarang menyediakan pembalut wanita. Namun, tidak semua sekolah di Namibia melakukannya.
Kontrasepsi gratis di semua rumah sakit pemerintah di seluruh penjuru Namibia.
Obat kontrasepsi melepaskan hormon progesteron dan menghentikan pelepasan telur dari indung, sehingga wanita tidak mengalami pendarahan haid.
Akan tetapi, pemberian kontrasepsi itu disinyalir kuat berkaitan dengan penurunan kepadatan mineral dalam tulang wanita, dan sedari awal memang tidak dimaksudkan untuk mengontrol menstruasi.
Diperkirakan satu dari setiap 10 anak perempuan di Afrika ketinggalan pelajaran akibat menstruasi.*