Hidayatullah.com–Pemerintah Inggris sudah mengatur pemulangan anak-anak yatim dari keluarga anggota ISIS dari Suriah ke Inggris. Hal serupa dilakukan oleh Jerman yang merepatriasi anak-anak yang orangtuanya tersangka anggota ISIS.
Menteri Luar Neger Inggris hari Kamis (21/11/2019) mengatakan bahwa pemerintah sedang mengatur upaya pemulangan anak-anak yatim warga Inggris dari Suriah, lansir DW.
Inggris menyusul Jerman, Belgia dan Australia yang sudah memulai repatriasi anak-anak yang orangtuanya terlibat dalam konflik di Suriah, termasuk tersangka anggota ISIS alias Daesh alias IS.
“Anak-anak tak berdosa, yatim ini seharusnya tidak boleh menjadi subyek dalam kengerian perang,” kata Menlu Inggris Dominic Raab.
“Kami sudah memfasilitasi kepulangan mereka, karena itulah adalah hal yang benar untuk dilakukan. Sekarang mereka harus diberikan privasi dan dukungan untuk kembali ke kehidupan normal,” imbuhnya.
Raab tidak menjelaskan berapa anak yang sudah dipulangkan dan Kementerian Luar Negeri Inggris juga tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Lewat Twitter otiritas Kurdi di Suriah bagian utara memberikan kabar terbaru perihal repatriasi anak-anak ke Inggris. “Tiga anak yatim yang orangtuanya anggota ISIS diserahkan kepada delegasi perwakilan Kementerian Luar Negeri Inggris,” kata Abdulkarim Omar, jubir de facto ke Utusan Luar Negeri Kurdi Suriah, lewat Twitter. Jumat (22/11/2019).
Angka dari organisasi amal Kristen Save the Children menyebutkan pada bulan Oktober lebih dari 60 anak berkkewarganegaraan Inggris kmungkinan terjebak di wilayah konflik Suriah.
Alison Griffin, dari organisasi itu, menyambut keputusan pemerintah Inggris tersebut. Dia mengatakan keputusan Raab telah mengubah hidup anak-anak tak berdosa itu yang telah melewati kesulitan jauh melebihi dari apa yang mereka mampu menanggungnya.
Jauh sebelum ini, Kurdi di Suriah sudah berkali-kali menyeru agar negara-negara Barat merepatriasi warganya tersangka ISIS yang ditawan beserta keluarga mereka. Akan tetapi, pemerintah Barat terkesan ogah-ogahan dengan mengungkap segala macam alasan, termasuk bahaya radikalisme dan terorisme apabila mereka dibawa pulang kembali ne negara asalnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Akan tetapi, negara-negara Barat terutama Eropa mulai bergerak merepatriasi warganya tersangka ISIS dan anak-istri mereka setelah Turki mengancam akan mendeportasi para tersangka ISIS dan membuka pintu-pintu perbatasan ke Eropa sehingga para migran membanjiri benua biru itu seperti tahun 2015.
Negara Eropa semakin mempercepat repatriasi setelah Turki melancarkan serangan ke bagian utara Suriah, yang mengakibatkan pasukan Kurdi tidak lagi mengawal penjara-penjara berisi anggota ISIS sehingga banyak di antara mereka yang terlepas.*