Hidayatullah.com—Target pemerintah Inggris untuk melakukan tes Covid-19 sebanyak 100.000 setiap harinya pada akhir April mendapat kritikan tajam dari ilmuwan-ilmuwan senior.
Sekretaris Kabinet Michael Gove hari Ahad (19/4/2020) mengatakan bahwa pemerintah yakin target tes Covid-19 setiap hari 100.000 akan dicapai pada akhir April ini.
Akan tetapi keraguan muncul, sebab pada hari Sabtu saja hanya 21.626 tes yang sanggup dilakukan.
Paul Hunter, seorang profesor kedokteran di University of East Anglia, mengatakan target pemerintah itu mustahil. “Saya tidak melihat itu akan tercapai,”ujarnya seperti dikutip The Guardian. Menurutnya, target itu dibuat hanya ditujukan untuk mendapatkan sorotan media.
“Tingkat inkompetensi dalam pelaporan tes tersebut sangat keterlauan,” kata Prof Sheila Bird, yang dulu pernah menjadi bagian dari unit biostatistik Medical Research Council di University of Cambridge.
Menurut ilmuwan wanita itu, ketidakjelasan data tentang berapa banyak tes yang dilakukan terhadap pasien di rumah sakit, pekerja-pekerja yang kritis tertular wabah besarta keluarga mereka, menjadikan ilmuwan sulit untuk secara akurat memetakan status wabah di wilayah Inggris. Idealnya laporan tentang tes yang dilakukan untuk setiap kelompok dibedakan, mengingat jumlah tes yang harus dilakukan terhadap masing-masing kelompok berbeda. Contoh, seorang pasien di rumah sakit pada umumnya harus melalui tiga kali tes dalam kurun beberapa pekan, yaitu tes positif di awal, kemudian tes negatif, lalu tes negatif lagi untuk memastikannya sudah benar-benar terbebas dari coronavirus.
“Pelaporan berapa jumlah tes yang dilakukan hanyalah memenuhi kebutuhan politik saja, bukan kepentingan ilmiah (untuk mengetahui kondisi wabah sesungguhnya, red),” kata Bird.
Bill Hanage, seorang pakar epidemiologi Inggris yang berbasis di Oxford, mengatakan walaupun jika target 100.000 tes tercapai hal itu tidak relevan untuk mengukur kelayakan tes Covid-19 yang dilakukan di Inggris.
Lebih lanjut Hanage mengatakan bahwa dari data-data yang pernah dilihatnya menunjukkan Inggris masih jauh dari “cukup” dalam melakukan tes coronavirus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berulang kali mendesak pemerintah negara-negara yang terjangkit coronavirus agar melakukan tes sebanyak mungkin dan melakukan pelacakan terhadap sumber penularan. Dua hal itulah yang cukup berhasil dilakukan Singapura dan Korea Selatan, sehingga mereka mampu meredam penyebaran Covid-19.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Inggris pada awal Maret mengabaikan tes terhadap penduduknya dan juga mengabaikan pelacakan sumber penularannya, ketika wabah merebak dengan cepat di wilayahnya. Namun, Menteri Kesehatan Matt Hancock hari Jumat mengatakan bahwa pelacakan akan dilakukan kembali dengan bantuan aplikasi dalam ponsel pintar seperti yang diajukan NHS, otoritas kesehatan publik di Inggris.
Para pakar mengatakan, data persebaran Covid-19 yang dapat diandalkan itulah yang diperlukan bagi pemerintah untuk dapat melonggarkan pembatasan-pembatasan yang diberlakukan terhadap masyarakat, sehingga kehidupan dapat berjalan normal kembali.*