Hidayatullah.com—Mantan Paus Benediktus XVI, yang dikenal sebagai seorang tradisionalis, menuding lawan-lawan ingin “membungkamnya” ketika dia menentang perkawinan homoseksual. Hal itu diungkapkan bekas pemimpin tertinggi umat Katolik Roma sedunia itu dalam buku biografinya yang dirilis di Jerman hari Senin (4/5/2020).
Rohaniwan berusia 93 tahun itu, yang nama aslinya adalah Joseph Ratzinger, mengklaim dalam buku “Benedict XVI-A Life” bahwa dirinya menjadi korban dari “distorsi ganas terhadap kenyataan” dalam reaksi-reaksi terhadap intervensi-intervensinya dalam perdebatan teologis.
“Pemandangan reaksi-reaksi yang berdatangan dari teologi Jerman sangat menyesatkan dan berniat buruk sehingga saya lebih suka untuk tidak membicarakannya,” kata Ratzinger, yang memilih mengundurkan diri dari kursi kepausan di Vatikan yang seharusnya didudukinya sampai mati.
“Saya lebih memilih untuk tidak menganalisis alasan sebenarnya mengapa orang-orang ingin membungkam suara saya,” kata Ratzinger seperti dilansir AFP.
Gereja Katolik cabang Jerman sejak lama dipimpin oleh rohaniwan yang berjiwa lebih reformis dibanding tradisionalis kaku yang sangat kental diasosiasikan kepada Ratzinger.
Menduduki kursi Paus di Vatikan dari tahun 2005 sampai 2013, dia kerap dikritik akibat sikapnya terhadap Islam dan masalah-masalah sosial, dan dituding meremehkan upaya modernisasi dalam tubuh Gereja Katolik yang digaungkan penerusnya Paus Fransiskus.
Dalam bukunya itu dia berupaya membantah tuduhan-tuduhan tersebut, mengatakan bahwa “persahabatan pribadinya dengan Paus Fransiskus tidak hanya sudah berlangsung lama tetapi juga tumbuh berkembang.”
Bulan Februari, Benediktus XVI terseret ke dalam intrik Vatikan ketika sekretaris pribadinya dicoret dari lingkaran dalam Paus Fransiskus.
Sebagian pengamat menuding mantan pemimpin tertinggi Gereja Katolik itu “nebeng di belakang sopir”, ketika namanya muncul dalam sebuah buku yang membela aturan selibasi pendeta –yang merupakan topik panas di lingkungan Katolik— bersama dengan nama Kardinal Robert Sarah, rohaniwan Katolik asal Guinea yang dikenal sangat konservatif.
Setelah menimbulkan kontroversi selama 48 jam, Benediktus XVI akhirnya meminta agar namanya dihapus dari sampul buku tersebut, bagian pendahuluan dan konklusi yang ditandatangani bersama.
Sekarang dalam biografinya, Benediktus XVI kembali memprotes perkawinan homoseksual.
“Satu abad silam, siapa saja menganggap absurd untuk membicarakan soal perkawinan homoseksual. Pada masa kini, mereka yang menentangnya dikucilkan dari masyarakat,” kata Benediktus XVI dalam buku biografinya terbaru itu, yang menyamakan kekejian homoseksual dengan aborsi dan upaya penciptaan manusia di dalam laboratorium (contoh teknologi cloning, red).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dilahirkan dan dibesarkan di negara bagian Bavaria, Jerman, Ratzinger memutuskan mengundurkan diri pada akhir Februari 2013 di tengah-tengah terkuaknya beribu-ribu kasus pedofilia yang dilakukan para rohaniwan Katolik di seluruh dunia, dengan alasan fisik dan pikirannya yang sudah menua tidak memungkinkannya untuk melanjutkan tugas berat kepausan. Tekanan terhadap Ratzinger semakin menguat terlebih ketika abangnya, yang juga rohaniwan Katolik, kabarnya terlibat –langsung maupun tidak langsung– dalam puluhan hingga ratusan kekerasan fisik dan pedofilia yang disembunyikan di gereja tempatnya bertugas.*