Hidayatullah.com—Presiden Brazil Jair Bolsonaro memveto rancangan undang-undang yang mengharuskan pemerintah memberikan bantuan air minum, disinfektan dan menjamin ketersediaan tempat tidur di rumah sakit bagi orang asli di masa pandemi.
Bolsonaro, yang akhirnya dites positif terjangkit coronavirus, memveto 16 bagian dari RUU yang diajukan guna mengatur upaya penanggulangan wabah coronavirus di kalangan komunitas suku-suku asli penduduk Brazil. Presiden Brazil yang dikenal rasis itu hanya menyetujui bagian yang menyebutkan penyediaan layanan tes, ambulan dan peralatan medis.
“Veto itu menolak pemberian bantuan minimum yang diperlukan bagi kelangsungan hidup komunitas-komunitas ini,” kata Instituto Socioambiental (ISA), kelompok advokasi orang asli Brazil, dalam pernyataannya seperti dilansir The Guardian Rabu (8/7/2020).
“Veto itu menunjukkan bahwa rencana presiden adalah tidak ada rencana,” imbuhnya.
ISA menyeru Kongres Brazil agar menolak veto presiden tersebut, yang bisa dilakukan Kongres apabila ada cukup suara dukungan.
Bolsonaro juga memveto pendanaan bagi negara bagian dan pemerintah daerah guna kedaruratan komunitas-komunitas orang asli, serta penyebaran informasi tentang coronavirus di kalangan suku asli, termasuk akses internet yang lebih besar.
Pada masa kampanye, Bolsonaro bersumpah tidak akan menyediakan lebih banyak lahan bagi perlindungan komunitas orang asli. Politisi sayap kanan itu ingin menggalakkan asimilasi orang asli dengan memperbanyak pertanian dan pertambangan komersial di area lahan lindung mereka, dengan alasan untuk mengeluarkan orang asli dari kemiskinan.
Kantor kepresidenan mengatakan bahwa bagian RUU yang diveto oleh Bolsonaro, yang disetujui Kongres, “bertentangan dengan kepentingan publik dan tidak konstitusional”, karena menciptakan pos biaya (pengeluaran) bagi pemerintah federal tanpa ada sumber pendapatan baru untuk menutupi biaya tersebut.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Populasi orang asli di Brazil saat ini diperkirakan mencapai 850.000 orang. Pada masa pandemi sekarang ini, mereka termasuk kelompok yang rentan Covid-19 sebab pemukiman mereka di daerah terpencil dengan akses kesehatan yang sangat minim, serta pola hidup mereka yang komunal tidak memungkinkan untuk mempraktikkan jarak sosial.*