Hidayatullah.com—Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper hari Selasa (21/7/2020) mengatakan bahwa dia berencana untuk mengunjungi China tahun ini guna membicarakan “krisis komunikasi”, sementara Washington bersikap lebih tegas terhadap Beijing dalam masalah Laut China Selatan.
Esper mengatakan dia telah berbicara dengan sejawatnya dari China beberapa kali dan berharap dapat mengunjungi negeri tirai bambu itu akhir tahun ini, lapor AFP.
Dia mengatakan dalam sebuah seminar keamanan bahwa salah satu tujuan dari lawatan tersebut adalah “membangun sistem yang diperlukan bagi penanganan krisis komunikasi dan menegaskan maksud kami untuk berkompetisi secara terbuka di sistem internasional di mana kita semua berada di dalamnya.”
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pekan lalu mengatakan bahwa Amerika Serikat akan memperlakukan upaya China menguasai sumber-sumber daya di Laut China Selatan sebagai aktivitas ilegal, dan AS akan memberikan dukungannya kepada negara-negara di Asia Tenggara yang mendapat tekanan dan persaingan dari Beijing dalam masalah yang berkaitan dengan hal tersebut.
“Kami katakan dengan sejelasnya: klaim-klaim Beijing atas sumber daya di sebagian besar wilayah perairan Laut China Selatan sepenuhnya melanggar hukum, demikian pula kampanye perundungan yang dilakukannya untuk menguasai sumber-sumber daya tersebut,” kata Pompeo dalam sebuah pernyataan.
Hari Selasa, Esper mengatakan bahwa China “tidak berhak untuk mengubah wilayah perairan internasional menjadi zona eksklusif bagi kerajaan maritimnya.”
“Kami tidak ingin membuat konflik. Kami berkomitmen pada hubungan yang membangun dan berorientasi hasil dengan China dan, dalam kerangka hubungan pertahanan kami, untuk membuka jalur komunikasi dan mengurangi risiko,” imbuh Esper.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sebagaimana diketahui beberapa tahun terakhir China gencar melakukan berbagai upaya untuk menguasai perairan dan pulau-pulau di kawasan Laut China Selatan, termasuk dengan mempertontonkan kekuatan senjata dan militernya. Aksi-aksi China di kawasan itu menimbulkan ketegangan dengan Jepang, Korea Selatan, Filipina dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.*